Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat melonjak pada Senin (13/1/2025) ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun menyusul data tenaga kerja AS yang kuat akhir pekan lalu.
Data tenaga kerja AS menyoroti kekuatan ekonomi Negeri Paman Sam dan menambah skeptisisme terhadap kemungkinan Federal Reserve menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Melansir Reuters, Selasa (14/1/2025), indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya ditutup menguat 0,26% ke level 109,94, setelah sebelumnya mencapai puncak tertinggi lebih dari dua tahun di 110,17.
Data menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja AS meningkat secara tak terduga pada Desember, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 4,1%.
Hal ini mendorong pasar untuk menyesuaikan ekspektasi, dengan probabilitas pemotongan suku bunga 25 basis poin kini hanya diprediksi pada Desember.
Pasar menantikan data inflasi AS, klaim pengangguran mingguan, dan penjualan ritel yang akan dirilis pekan ini. Data tersebut akan memberikan petunjuk penting mengenai arah kebijakan moneter Federal Reserve.
Baca Juga
Euro merosot 0,4% ke US$1,0208 ke level terendah sejak November 2022, sedangkan poundsterling melemah 0,24% ke US$1,2167 setelah sebelumnya menyentuh titik terendah dalam 14 bulan. Kekhawatiran atas kenaikan suku unga dan situasi keuangan Inggris terus membebani mata uang tersebut.
Di sisi lain, yuan China berhasil sedikit menguat setelah pemerintah Beijing memperlonggar aturan pinjaman luar negeri dan mengeluarkan peringatan verbal untuk melindungi mata uangnya.
Di sisi lain, dolar AS melemah 0,03% terhadap yen di 157,7, didukung oleh potensi langkah Bank of Japan yang diperkirakan akan menaikkan perkiraan inflasi sebagai sinyal pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.