Menakar Daya January Effect 2025, Saham Mana Paling Cuan?

Bisnis.com, JAKARTA - Performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau belum berdaya pada awal tahun ini. Tampaknya efek January Effect masih belum terasa.

Berdasarka data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 9 Januari 2025, IHSG terpantau melemah 0,22% menjadi 7.064,58 sejak awal tahun (year-to-date/YtD).

Dari sejumlah saham blue chip yang ada di lantai bursa, saham BREN memimpin penguatan sejak awal tahun sebesar 10,24%. Selanjutnya saham GOTO dengan kenaikan 14,29% dan saham BBCA yang naik 1,81%.

Mengikuti berikutnya saham PANI yang melesat 13,59% bersama saham CUAN yang menanjak 17,75%.

Head of Markets and Securities Service HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan peluang terjadinya penguatan saham di bulan Januari atau January Effect diperkirakan tidak akan terlalu agresif tahun ini. Hal itu disebabkan oleh minimnya pergerakan investor asing pada awal tahun ini.

"Efek Januari menurut saya tidak akan terlalu agresif pada tahun 2025 karena dana asing yang keluar itu sangat limited di tahun ini, masih limited," katanya dalam acara Investment Outlook 2025 di Jakarta, Kamis (9/1/2025).

Dia mengatakan bahwa komposisi dana asing yang masih rendah di pasar saham negara berkembang, termasuk Indonesia, selaras dengan rencana The Fed yang memangkas suku bunga.

Adapun, saat The Fed memangkas suku bunga pada Oktober-November 2024 terlihat dana asing mulai masuk ke pasar saham Indonesia. Namun, saat The Fed memberikan indikasi pemangkasan suku bunga pada 2025 tidak akan agresif membuat investor asing tampak menahan investasinya di negara berkembang.

"Sekarang kita melihat suku bunga masih di sini-sini saja, mungkin [aliran] dana pun tidak akan deras," ujarnya.

BEi mencatat investor asing melakukan aksi beli bersih atau net buy senilai Rp38,84 miliar sejak awal tahun hingga Kamis (9/1/2025). Namun, kemarin investor asing membukukan jual bersih atau net sell senilai Rp2,73 triliun.

Lebih lanjut, Ali menjelaskan biasanya terjadi penguatan saham di Indonesia pada awal tahun bukan karena sentimen January Effect, melainkan lebih ke eksekusi pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). 

"Sehingga ekspektasinya, kalau ada pipeline IPO yang besar, maka itu akan mengerek pasar saham, sehingga ada dampak yang positif," ucapnya.

Untuk diketahui, January Effect merupakan kecenderungan terjadinya kenaikan harga saham pada Januari setelah periode liburan akhir tahun sejalan dengan aksi beli investor pada awal tahun.  

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menyampaikan bahwa sebanyak 22 perusahaan masuk dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga Jumat (3/1/2025).

"Dari 22 calon perusahaan tercatat tersebut, 19 perusahaan memiliki aset skala besar, atau di atas Rp250 miliar," katanya Sabtu (4/1/2025).  

Nyoman melanjutkan, terdapat 2 perusahaan skala menengah dengan nilai aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar yang mengantre untuk IPO. 

Selain itu, sebanyak 1 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala kecil, atau dengan aset di bawah Rp50 miliar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.