Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas anjlok dalam perdagangan yang sepi karena pelaku pasar menunggu katalis baru, termasuk data ekonomi AS pekan depan, yang dapat memengaruhi prospek suku bunga Federal Reserve untuk tahun 2025, serta kebijakan dari Presiden terpilih Donald Trump.
Mengutip Reuters pada Selasa (31/12/2024), harga emas di pasar spot turun 0,6% menjadi US$2.604,49 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS terpantau melemah 0,5% pada US$2.618,10.
"Saya pikir itu hanya perdagangan yang sepi menjelang liburan. Mungkin ada sedikit penyesuaian pembukuan sebelum akhir tahun," kata Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals.
Baca Juga : Ramalan Harga Emas 2025, Lanjut to The Moon? |
---|
Ketegangan geopolitik diperkirakan akan tetap tinggi hingga tahun depan, dengan bank sentral terus membeli emas, sementara situasi utang AS kemungkinan akan memburuk dan defisit akan meningkat di bawah pemerintahan Trump, yang memicu permintaan safe haven yang berkelanjutan untuk logam tersebut, kata Grant.
Harga emas telah melonjak hampir 27% tahun ini, mencapai rekor tertinggi US$2.790,15 pada 31 Oktober, karena investor mencari logam kuning di tengah ketidakpastian geopolitik dan pemotongan suku bunga AS.
Antisipasi perubahan kebijakan utama AS pada 2025, termasuk potensi tarif, deregulasi, dan perubahan pajak, telah meningkat saat Trump bersiap untuk memangku jabatan pada Januari.
Awal bulan ini, Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan sikap hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga lebih lanjut setelah memberikan pengurangan seperempat poin, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis minggu depan mencakup angka lowongan kerja, laporan ketenagakerjaan ADP, risalah FOMC Fed bulan Desember, dan laporan ketenagakerjaan AS, untuk mengukur kesehatan ekonomi.
Adapun, emas batangan dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak, tetapi suku bunga yang tinggi mengurangi daya tarik untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil.