Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan peluang dan tantangan yang akan dihadapi pasar modal sampai akhir tahun 2024.
Berbicara dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Iman menuturkan dari sisi suplai, Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi Bursa yang paling banyak melakukan pencatatan atau listing saham di Asia Tenggara. Hingga 19 Juli 2024, terdapat 934 perusahaan tercatat di BEI.
Adapun, Iman melihat terdapat beberapa peluang sampai akhir tahun 2024 untuk pasar modal seperti ketahanan ekonomi domestik dengan kondisi ekonomi makro Indonesia yang cukup kuat.
"Kedua, terkait pemilu, investor asing melakukan wait and see terkait pembentukan kabinet yang baru di bulan Oktober," ujarnya dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenge 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Dia menilai peluang juga datang dari beberapa investasi pemerintah seperti Ibu Kota Negara (IKN), pertumbuhan jumlah investor, dan faktor-faktor lain seperti penerapan UUP2SK dan pengembangan produk investasi yang lebih beragam.
Di sisi lain, tantangan yang akan dihadapi pasar modal Indonesia menurut Iman adalah seperti adanya risiko investasi. Iman melihat saat ini dampak inflasi lebih berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) daripada dampak kenaikan suku bunga.
Baca Juga
“Jadi, indeks lebih takut terhadap kenaikan inflasi daripada kenaikan suku bunga," ujarnya.
Tantangan lain adalah terkait kebijakan moneter yang ketat, risiko perlambatan ekonomi global, peningkatan yield dari SRBI yang menjadi kompetitor pasar modal, dan juga ketegangan geopolitik antara Rusia-Ukraina dan Timur Tengah.
Untuk menghadapi hal ini, lanjut dia, Bursa fokus melakukan tiga hal. Ketiga hal tersebut adalah investor protection, market deepening, dan regional synergy serta connectivity.
Iman juga menuturkan dengan kondisi yang ada, Bursa melakukan beberapa hal hingga pertengahan 2024. Langkah yang dilakukan tersebut seperti implementasi papan pemantauan khusus full call auction (FCA), peluncuran indeks, dan merilis produk baru seperti single stock futures (SSF), securities lending dan borrowing EBUS DJPPR, dan intraday short selling.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.