Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai-Ramai Emiten Stock Split, Cek Prospek Sahamnya

Sejumlah emiten berencana melakukan stock split dengan tujuan menaikkan tingkat likuiditas saham dan minat investor terhadap saham yang diperdagangkan.
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Setidaknya sebanyak sepuluh emiten berencana melakukan stock split dengan tujuan menaikkan tingkat likuiditas saham dan minat investor terhadap saham yang diperdagangkan. 

Berdasarkan catatan Bisnis sejak Februari 2024 hingga saat ini terdapat 10 emiten yang berencana melakukan pemecahan saham, termasuk saham paling mahal di Bursa Efek Indonesia, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA). 

Emiten lainnya yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk. (SCCO), PT Tembaga Mulia Semanan Tbk. (TBMS), PT Asuransi Ramayana Tbk. (ASRM), PT Panca Budi Idaman Tbk. (PBID), PT jembo Cable Company Tbk. (JECC), PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk. (BPII), PT Indospring Tbk. (INDS), PT Pudjiadi Prestige Tbk. (PUDP), dan PT Alkindo Naratama Tbk. (ALDO). 

Emiten-emiten ini berencana melakukan pemecahan nilai saham karena menganggap saham saat ini kurang likuid. DSSA misalnya, rencana stock split 1:10 ini dilakukan untuk meningkatkan minat investor terhadap saham. 

Mengutip prospektus, manajemen DSSA menyebutkan harga saham DSSA saat ini relatif sangat tinggi. Hal ini menyebabkan nilai pembelian untuk 1 lot saham DSSA hanya dapat terjangkau bagi sebagian kecil investor dan perdagangan saham DSSA menjadi tidak likuid. 

Stock split diharapkan dapat meningkatkan minat investor untuk membeli saham DSSA, meningkatkan jumlah pemegang saham DSSA, meningkatkan likuiditas saham, dan mendukung pertumbuhan nilai DSSA,” tulis manajemen, dikutip Selasa (25/6/2024). 

Terpisah, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Panca Budi Idaman Lukman Hakim menyampaikan rapat juga menyetujui rencana stock split dengan rasio 1:4 dari nilai nominal Rp100 menjadi Rp25 per saham. 

Lukman menyatakan tujuan utama perseroan melakukan stock split adalah untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham dengan memperluas basis investor. 

Stock split akan menyebabkan harga saham PBID menjadi terjangkau bagi investor perorangan [ritel]. Dengan demikian diharapkan akan meningkatkan jumlah investor yang dapat melakukan transaksi atas saham perseroan,” kata Lukman. 

Tidak jauh berbeda, INDS juga akan melakukan stock split atau pemecahan nilai saham dengan rasio 1:10 dari nominal Rp1.000 menjadi Rp100 per saham. 

"Alasan dan tujuan Perseroan melaksanakan pemecahan saham ini adalah meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan di Bursa Efek Indonesia," kata Direktur INDS Budiono dalam keterbukaan informasi, dikutip Senin (6/5/2024).

Meski stock split diklaim dapat meningkatkan likuiditas, nyatanya investor tetap mempertimbangkan kinerja fundamental perusahaan terkait. 

Senior Investment Information Nafan Aji Gusta mengatakan likuiditas setelah stock split masih akan tergantung prospek fundamental terutama laporan keuangan emiten terkait. 

“Secara teoritis memang meningkatkan likuiditas dan minat investor, tapi pada praktiknya investor akan tetap mempertimbangkan laporan keuangan,” kata dia saat dihubungi, Selasa (25/6/2024). 

Nafan mencontohkan DSSA yang justru mengalami penurunan kinerja sepanjang 2023. Kondisi ini justru akan memicu depresiasi harga saham saat nanti stock split terjadi. 

Maka dari itu, Nafan merekomendasikan wait and see saham DSSA mengingat kinerja keuangan yang turun serta laporan keuangan kuartal I/2024 belum keluar. 

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

“Kemungkinan [stock split] tidak menarik,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper