Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cek Pergerakan Dolar, Rupiah, dan Yen yang Kembali Melemah ke Level 160

Pedagang valuta asing menantikan petunjuk baru atas inflasi di Amerika Serikat, yang diperkirakan akan mempengaruhi suku bunga.
Mata uang Yen Jepang. Dok Bloomberg
Mata uang Yen Jepang. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Pedagang valuta asing menantikan petunjuk baru atas inflasi di Amerika Serikat, yang diperkirakan akan mempengaruhi suku bunga. Sementara itu, yen kembali melemah mendekati angka 160.

Pada awal perdagangan Senin (24/6/2024), yen melemah menjadi 159,94 per dolar, level terendah sejak 29 April 2024, ketika yen mencapai titik terendah dalam 34 tahun di 160,245. Hal ini memaksa otoritas Jepang untuk menghabiskan sekitar 9,8 triliun yen guna mendukung mata uangnya.

Kemudian, harga terakhir yen berada di level 159,70 per dolar setelah diplomat utama Jepang, Masato Kanda, menyatakan pada Senin (24/6) bahwa pihak berwenang akan mengambil tindakan yang tepat jika terjadi pergerakan valuta asing yang berlebihan.

Yen telah berada di bawah tekanan baru setelah Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk menunda pengurangan stimulus pembelian obligasi hingga pertemuan Juli 2024.

Ringkasan opini pada pertemuan kebijakan BOJ Juni juga menunjukkan beberapa pembuat kebijakan menyerukan kenaikan suku bunga di waktu yang tepat karena melihat risiko inflasi yang melebihi ekspektasi di Amerika.

Ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong, menyatakan bahwa hal ini cukup luar biasa. Meskipun ekspektasi pengetatan kebijakan lebih lanjut dari BOJ terhadap dolar/yen terus meningkat, yen kembali naik ke 160. "Saya pikir kecuali BOJ memberikan petunjuk yang sangat hawkish mengenai kebijakannya, yang kemungkinan besar tidak akan terjadi, dolar/yen kemungkinan tidak akan berbalik arah secara berkelanjutan,” jelasnya.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, terakhir berada di level 105,84, mendekati level tertinggi hampir delapan minggu di 105,91 yang dicapai minggu lalu.

Minggu ini, perhatian juga tertuju pada indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) Amerika Serikat, ukuran inflasi favorit Federal Reserve (The Fed), yang akan dirilis pada Jumat (28/6).

"Kombinasi dari perlambatan aktivitas, pelonggaran pasar tenaga kerja, dan pembacaan inflasi yang lebih lambat membuat kami semakin yakin bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga kebijakannya pada bulan September,” jelas Citi.

Fokus minggu ini juga akan tertuju pada geopolitik dengan debat presiden Amerika Serikat pertama pada Kamis (27/6) dan pemungutan suara dalam pemilu Prancis akhir pekan ini.

Euro, yang berada di bawah tekanan sejak Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pemilihan sela awal bulan ini, sedikit berubah pada US$1,0693. Mata uang ini turun 1,4% pada bulan ini.

Mata uang Rupiah juga menguat 0,09% di level 16.435 pada pukul 09.23 WIB. Rupiah diprediksi berfluktuasi namun akan ditutup melemah dalam rentang Rp16.440-Rp16.510.

“Rupiah tidak perlu mengalami pelemahan yang panjang jika pasokan dolar dari surplus neraca perdagangan mengalir ke pasar. Hingga Mei 2024, Indonesia masih mencatatkan surplus neraca perdagangan yang cukup baik,” jelas Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pada Jumat (21/6).

Menurutnya, pasar juga memantau ketidakpastian arah kebijakan fiskal yang mempengaruhi pelemahan Rupiah, serta sikap presiden terpilih Prabowo Subianto yang terlihat permisif terhadap utang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberd and Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper