Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat Tipis Menuju Level Rp16.285, Dolar AS Loyo

Rupiah menguat 1,50 poin atau 0,01% menuju level Rp16.285 per dolar AS pada pembukaan perdagangan hari ini. Sementara itu, indeks dolar AS melemah.
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada Kamis (6/6/2024) dan menyentuh level Rp16.285. Pada saat bersamaan, greenback terpantau melemah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah menguat tipis 1,50 poin atau 0,01% menuju level Rp16.285 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,16% ke posisi 104,10.

Sementara itu, mata uang lain di Asia juga mayoritas menguat. Won Korea, misalnya, mencatatkan penguatan 0,56%, lalu diikuti yen Jepang 0,30%, dan yuan China 0,05%. Adapun, baht Thailand serta rupee India menguat 0,30% dan 0,17%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) menunjukkan penurunan signifikan sebanyak 296.000 menjadi 8,059 juta pada akhir April 2024.

“Terendah sejak Februari 2021. Penurunan ini menambah kekhawatiran pasar setelah laporan indeks manajer pembelian dan penurunan peringkat produk domestik bruto yang lemah,” ujarnya dalam publikasi riset harian, dikutip Kamis (6/6/2024).

Menurutnya, pelaku pasar kini berfokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang rilis Jumat ini. Diperkirakan ada 185.000 lapangan kerja baru tercipta pada Mei, naik dari 175.000 per April. Namun, data nonfarm payrolls akan menjadi indikator kunci pasar tenaga kerja AS.

Sementara itu, The Fed dijadwalkan mengadakan pertemuan pekan depan dan diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap stabil di tengah tekanan inflasi. CME FedWatch Tools menunjukkan pedagang kian bertaruh pada penurunan suku bunga pada September.

Dari dalam negeri, pemerintah telah menetapkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran 2025 di kisaran 2,45%-2,82%, lebih tinggi dibandingkan target defisit 2024 sebesar 2,29%.

“Defisit yang melebar ini mempertimbangkan kebutuhan untuk melanjutkan program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo serta peningkatan pembayaran bunga utang,” tuturnya.

Ibrahim mengatakan dengan belanja yang berbasis utang, penting untuk memastikan belanja modal dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar kembali utang tersebut.

Selain itu, ruang belanja yang lebih tinggi di APBN 2025 berpotensi mempersempit fleksibilitas anggaran pemerintahan baru. Pemerintahan baru juga harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 paling lambat tiga bulan setelah pelantikan.

Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada rentang Rp16.270 sampai dengan Rp16.340 per dolar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper