Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus Manager Investasi Racik Portofolio Saat Indeks LQ45 dan IDX30 Underperform

Manajer investasi dapat menyesuaikan portofolio dengan mengatur porsi saham dalam indeks sekalipun LQ45 dan IDX30 mencatatkan penurunan secara year to date
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (21/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks LQ45 dan IDX30 mencatatkan penurunan secara year to date akibat aksi jual investor asing, volatilitas rupiah serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai belum stabil. Manajer investasi dapat menyesuaikan portofolio dengan mengatur porsi saham dalam indeks yang sesuai. 

Direktur STAR Asset Management Susanto Chandra menyebutkan bagi manager investasi yang memiliki universe kedua indeks tersebut dapat memilih untuk meningkatkan porsi cash ataupun melakukan overweight pada sektor yang memiliki proxy pertumbuhan ekonomi global. 

“Sektor tersebut seperti sektor energi dan komoditas serta pada sektor yang memiliki kondisi fundamental jangka panjang yang baik seperti perbankan dan konsumer,” kata Susanto kepada Bisnis, Selasa (4/6/2024). 

Star AM, kata Susanto, sektor yang menarik saat ini adalah perbankan. Dia melihat sektor perbankan memiliki valuasi yang relatif murah dengan dividend yield menarik jika dipegang hingga akhir 2024. 

Seperti yang diketahui, indeks LQ45 dan IDX30 melemah 8,48% dan 10,62% atau underperform terhadap IHSG yang turun 1,9% secara year-to-date. Pelemahan itu dipicu oleh koreksi saham-saham big banks, ditambah TLKM, ASII, dan BREN. 

Pada saat yang sama, investor asing melakukan jual bersih di pasar saham Indonesia dengan nilai yang besar sepanjang April-Mei 2024. Alhasil, secara akumulasi, jual bersih investor asing mencapai Rp6,25 triliun per akhir bulan lalu. 

Susanto menjelaskan penurunan indeks beberapa waktu belakangan dipicu oleh aksi jual asing. Hal itu berkaitan dengan asing yang menilai katalis pertumbuhan di Indonesia belum terlihat dan juga nilai tukar rupiah relatif belum stabil jika dibandingkan dengan negara lain. Alhasil investor asing melakukan rebalancing ke saham negara lain seperti China, Malaysia, India dan Jepang. 

“Kami melihat investor asing berpotensi kembali ke pasar saham domestik ketika kabinet terpilih diumumkan serta penurunan suku bunga dilakukan,” lanjutnya. 

-----------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper