Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah saham sektor telekomunikasi hingga energi baru terbarukan (EBT) direkomendasikan analis usai Bank Indonesia (BI) secara tak terduga mengerek suku bunga acuan atau BI Rate ke level 6,25% dari hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu (24/4/2024).
Senior Portfolio Manager, Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga. Sejak Desember 2022 Indeks Keyakinan Konsumen stabil bertengger di atas level 120.
Sementara itu, indeks sektor manufaktur terkini berada di level tertinggi sejak November 2021, dan data penjualan ritel pun sejak Desember 2023 lalu secara gradual konsisten berbalik arah positif.
"Pemulihan yang terus berlanjut membuat BI memperkirakan PDB Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5,1% di 2024," ujar Samuel melalui keterangan tertulis dikutip Kamis (25/4/2024).
Menurutnya, momentum perekonomian yang positif di tengah valuasi pasar saham yang rendah sebenarnya membuka peluang bagi investor yang ingin berinvestasi dini, memanfaatkan kondisi peralihan dari era suku bunga tinggi menuju suku bunga yang lebih akomodatif.
Beberapa katalis yang diharapkan dapat mendukung sentimen positif bagi pasar saham adalah rilis kinerja emiten kuartal I/2024, termasuk arahan dan pandangan perusahaan ke depan pasca Idulfitri.
Baca Juga
Selanjutnya, normalisasi likuiditas sejalan dengan rencana pelonggaran moneter, serta kebijakan ekonomi dan calon anggota kabinet pemerintahan baru untuk memprediksi arah pertumbuhan ekonomi jangka menengah ke depan.
"Strategi kami di tengah dinamika yang terjadi adalah untuk berfokus pada emiten dan sektor dengan fundamental bottom-up yang baik dan relatif sedikit terpengaruh oleh volatilitas jangka pendek di ekspektasi makro global," jelasnya.
Samuel mengatakan, sektor telekomunikasi memiliki prospek yang menarik ke depannya, meski ada kekhawatiran akan memburuknya kompetisi di industri. Emiten telekomunikasi menyatakan akan tetap berfokus pada profitabilitas. Karakteristik sektor telekomunikasi yang defensif juga menjadi nilai tambah di situasi pasar saat ini.
"Kami juga masih mempertahankan posisi di sektor yang berhubungan dengan bahan baku terkait industri energi baru terbarukan (EBT). Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan Indonesia yang berlimpah memiliki komoditas yang diperlukan dalam teknologi energi baru terbarukan," pungkasnya.
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, emiten yang akan dirugikan kala suku bunga masih tinggi yaitu properti, karena laju permintaan akan tertahan, sehingga akan menjadi sentimen negatif untuk kinerja penjualan.
Selain itu, untuk emiten otomotif juga akan berdampak negatif, seiring dengan potensi biaya kredit yang meningkat dan pada akhirnya menahan permintaan baru.
"Sementara itu, untuk emiten perbankan, kami melihat ada dua sisi dengan tertahannya suku bunga acuan di level tinggi akan berdampak positif dengan potensi NIM [net interest margin] yang meningkat. Tetapi di sisi lain, kekhawatiran akan NPL [non performing loan] yang meningkat karena daya beli yang tergerus," katanya kepada Bisnis.
Adapun, untuk emiten yang diuntungkan selanjutnya adalah konsumer dan kesehatan karena sebagai alternatif saham yang defensif. Menurutnya, investor perlu mencermati sentimen rilis kinerja kuartal I/2024, khususnya dari emiten big caps yang positif.
"Serta meredanya tensi geopilitik di Timur Tengah akan mendorong laju IHSG dalam waktu dekat. Investor dapat memanfaatkan momentum tersebut untuk jangka pendek, sambil menunggu kepastian arah suku bunga The Fed," pungkas Audi.
Berikut Rekomendasi Saham dari Kiwoom Sekuritas:
- BBRI, buy TP: Rp6.650
- MYOR, buy TP: Rp3.160
- SILO, buy TP: Rp2.870
- ASII, buy TP: Rp6.450
- CTRA, buy TP: Rp1.330
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.