Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan pelat merah PT Timah Tbk. (TINS) mengucurkan pinjaman kepada anak usaha, PT DOK & Perkapalan Air Kantung sebesar Rp36,50 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi publik, manajemen TINS mengatakan pinjaman tersebut dikucurkan pada 31 Januari 2024 yang lalu, dengan jangka waktu pinjaman adalah 45 hari kerja dan suku bunga sebesar 8% per tahun.
“Transaksi ini tidak berdampak pada operasional, keuangan dan/atau kelangsungan usaha perseroan dan bukan merupakan transaksi material,” kata manajemen TINS dikutip Sabtu (3/2/2024).
Manajemen TINS juga akan menyampaikan pengumuman apabila terdapat informasi lebih lanjut, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PT Dok dan Perkapalan Air Kantung adalah perusahaan galangan kapal yang bergerak pada bidang ship repair, ship building, docking dan repair engineering dengan spesialisasi dalam pembuatan kapal Tug boat, kapal isap, cargo hingga kapal bor yang berbahan aluminium.
Berdiri pada tanggal 01 Februari 1996 berdasarkan Akte Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 01 tanggal 01 Februari 1996. PT Timah Tbk. adalah pemilik saham mayoritas PT DAK.
Baca Juga
Untuk mendukung operasionalnya PT DAK memiliki dua galangan berlokasi di Kawasan Industri Air Kantung Sungailiat-Bangka Induk dan di area Selindung - Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Lombok Timur-Nusa Tenggara Barat.
Sebagai infromasi, sepanjang Januari-September 2023, TINS tercatat membukukan rugi bersih sebesar Rp87,45 miliar. Kerugian tersebut sejalan dengan melemahnya capaian pendapatan yang anjlok 37,36% year-on-year (YoY) menjadi Rp6,37 triliun.
Turunnya pendapatan dikontribusikan oleh penjualan logam timah yang merosot 42,77% YoY menjadi Rp4,5 triliun. Selain itu, pendapatan dari tin chemical tercatat sebesar Rp559,21 miliar atau mencerminkan penurunan 44,86% YoY.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko TINS, Fina Eliani, mengatakan harga logam timah dunia terus tertekan akibat penguatan mata uang Amerika Serikat (AS).
Hal tersebut, lanjutnya, juga diikuti dengan lambatnya pemulihan ekonomi China dan melemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan London Metal Exchange (LME).
Kondisi ini lantas memberikan dampak terhadap ekspor timah Indonesia dari kuartal II/2023 sampai dengan kuartal III/2023, khususnya ekspor timah TINS ke beberapa negara.
“Di tengah perlambatan ekonomi serta lemahnya permintaan logam timah global, perseroan konsisten menjalankan efisiensi di segala lini bisnis. Manajemen optimis target efisiensi akan tercapai dan memberikan kontribusi terhadap kinerja Perseroan.” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sementara itu, beban pokok pendapatan TINS mencapai Rp5,79 triliun. Jumlah ini turun 26,78% YoY sehingga membuat laba kotor yang dirangkum perseroan sepanjang Januari-September 2023 sebesar Rp584,29 miliar, ambles 74,26% YoY.
Dari sisi kinerja operasi, TINS mencatatkan produksi bijih timah sebesar 11.201 ton atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni 14.502 ton. Produksi logam timah dan penjualan timah juga mencatatkan penurunan.