Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kini kembali menuju kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2023. Data Investing mencatat harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada 29 Oktober 2023 ditutup pada level US$77,17 per barel meski sempat menyentuh level tertinggi US$82,24.
Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Bloomberg melaporkan harga minyak WTI ditutup pada level US$78,01 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent telah bertengger di atas US$80, tepatnya berada pada level US$83,55 per barel.
Menguatnya harga minyak didorong ketegangan geopolitik di laut merah, berkurangnya stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan prospek tambahan stimulus China sebagai importir minyak mentah utama.
Dapat diketahui, harga minyak telah naik lebih dari 7% pada Januari 2024 dengan dukungan tambahan dari penurunan persediaan AS dalam jumlah besar dan upaya para pembuat kebijakan China untuk menopang perekonomian. Namun, banyak para pedagang juga bersikap hati-hati mengingat prospek pasokan yang kuat dari produksi non-OPEC, serta pertumbuhan permintaan yang lebih lambat dari importir utama termasuk India.
Seperti diketahui, Amerika Serikat dan sekutunya juga menyerang Houthi untuk menghentikan serangan terhadap kapal komersial yang meilintas di jantung laut merah. Selain itu, perang Rusia Ukraina yang menyerang kilang di Rusia juga membahayakan aliran minyak mentah.
“Upaya intervensi sebelumnya untuk mencegah serangan di Laut Merah tidak membantu mencegah gangguan,” jelas ahli strategi pasar di IG Asia Pte., Yeap Jun Rong, sehingga hal ini menyebabkan para pelaku pasar memperhitungkan ketegangan ini menjadi lebih lama.
Baca Juga
Lanjutnya, persediaan AS yang rendah dan data produk domestik bruto (PDB) AS dinilai turut meningkatkan sentimen.
Diketahui, Houthi telah mendeklarasikan untuk terus melancarkan serangan menargetkan kapal-kapal yang melintas di laur merah. Serangan ini sebagai balasan bagi Israel yang menyerang Palestina secarar brutal. Serangan ini mendorong banyak pemilik kapal menghindari Laut Merah dan memilih rute jalan memutar yang lebih panjang.
Meskipun begitu, Saudi Aramco selaku perusahaan minyak terbesar di dunia mengatakan bahwa pihaknya tidak akan tergoyahkan, dan akan terus mengirim kapal tanker melalui jalur air tersebut.