Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukukan Laba Jumbo, Saham BCA (BBCA) dan BNI (BBNI) Anjlok

Kinerja saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun sekalipun mencetak laba jumbo.
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) berkinerja lesu pada periode perdagangan pekan ini 22 Januari 2024 sampai 26 Januari 2024. Padahal, kedua bank mencatatkan laba bersih jumbo.

Berdasarkan RTI Business, harga saham BBCA ditutup di level Rp9.350 per lembar, turun 1,58% pada perdagangan akhir pekan (26/1/2024). Harga saham BBCA juga amblas 2,86% dalam sepekan. Sementara, harga saham BBCA turun 0,53% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Harga saham BBNI ditutup di level Rp5.425 per lembar pada perdagangan akhir pekan (26/1/2024). Harga saham BBNI turun 1,36% dalam sepekan. Meskipun, harga saham BBNI masih di zona hijau, naik 0,93% ytd.

Padahal, BBCA telah mengumumkan raupan laba bersih sepanjang 2023 Rp48,6 triliun, naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan kinerja perseroan terjaga di tengah tekanan inflasi global dan sensi geopolitik,ekonomi domestik stabil. 

Kemudian, BBNI mencatatkan laba bersih sepanjang 2023 mencapai Rp21,11 triliun atau naik 14,23% yoy. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan BNI berhasil membukukan kinerja yang positif, dan berkelanjutan seiring berjalannya program transformasi selama tiga tahun terakhir.

"Transformasi tiga tahun terakhir telah menjadi turning point yang memperkuat fondasi bisnis BNI," kata Royke dalam keterangan tertulis pada Jumat (26/1/2024).

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan harga saham kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV seperti BBCA dan BBNI beberapa waktu terakhir merupakan hal yang wajar. "Ini karena ada aksi profit taking," ujarnya kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Aksi profit taking terjadi karena sejumlah sentimen, seperti meredanya euforia penurunan suku bunga acuan. Adapun, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 16-17 Januari 2024.

Meski begitu, harga saham bank-bank jumbo masih dinilai prospektif. "Pada 2024 ada potensi peningkatan kredit konsumer seiring dengan penerapan suku bunga acuan yang longgar dari bank sentral. Bank jumbo juga bisa mengurangi risiko kredit dan menekan NPL [nonperforming loan]. Bank jumbo juga rajin bagikan dividen dan ini menarik bagi para pelaku investor," kata Nafan. 

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga mengatakan bank jumbo seperti BBCA dan BBNI masih memiliki prospek bagus karena fundamental yang kuat serta valuasi yang menarik (undervalued) atau fairvalued.

"Prospek pada 2024 juga bagus karena secara historis kalau kita lihat saat kampanye pemilu salah satu best performer adalah sektor keuangan yaitu perbankan," ujar Arjun.

--------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper