Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat saat Ketegangan Timur Tengah & Afrika Utara Meningkat

Harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,55% ke US$78,02 per barel pada pukul 14.00 WIB saat ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara memanas.
Anjungan minyak/Bloomberg
Anjungan minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak telah sedikit menguat sehingga memperkuat kenaikan mingguannya, ketika ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara kian memanas, melampaui tanda-tanda melemahnya permintaan AS.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (5/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 menguat 0,75% atau 0,54 poin menjadi US$72,73 per barel pada pukul 14.00 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Maret 2024 menguat 0,55% atau 0,43 poin ke posisi US$78,02 per barel.

Harga minyak mentah WTI telah berada di bawah US$73 per barel. Kemudian, minyak mentah Brent diperdagangkan mendekati US$78 per barel setelah turun 0,8% pada Kamis (4/1) lantaran persediaan bensin AS yang membengkak, mencatatkan persediaan terbesar dalam tiga dekade.

Berdasarkan data dari Badan Informasi Energi (EIA) melaporkan permintaan bensin Amerika yang fluktuatif telah menurun ke level terendah dalam satu tahun.

Kemudian, ketegangan di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat pada minggu ini, ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengunjungi wilayah tersebut.

ISIS kemudian mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Iran tengah yang menewaskan hampir 100 orang. Sebelumnya, Teheran mengatakan bahwa ledakan tersebut bertujuan untuk menghukum sikapnya terhadap invasi Israel ke Gaza.

Para pengunjuk rasa di Libya telah mengganggu pasokan dari ladang Sharara dan El-Feel, yang dapat mengurangi pasokan 300.000 barel per hari dari pasar. Sementara itu, Houthi kembali mengklaim serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah.

Kata Warren Patterson, kepala strategi komoditas di ING Groep NV, mengatakan bahwa masih banyak ketegangan di Timur Tengah dengan adanya Houthi di Laut Merah, serangan udara AS di Baghdad, dan ledakan ISIS di Iran.

“[Namun] laporan EIA yang bearish kemarin membuat pasar minyak memberikan beberapa keuntungan,” jelas Patterson.

Meskipun terjadi gejolak geopolitik, prospek permintaan minyak mentah masih terlihat goyah. Wall Street juga sudah memangkas perkiraan harga untuk 2024 setelah patokan global Brent turun hampir seperlima pada kuartal terakhir.

Kemudian, lonjakan pasokan dari luar OPEC+ diperkirakan juga akan terus berlanjut, sementara pertumbuhan konsumsi diperkirakan melambat.

Adapun, EIA juga melaporkan stok minyak mentah di pusat Cushing, Oklahoma, naik 11 minggu berturut-turut ke level tertinggi sejak Juli 2023, meskipun tingkat nasional mencatatkan penurunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper