Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa setelah menyentuh kisaran harga US$2.148-US$2.150 per ons pada perdagangan Asia. Harga emas diprediksi akan terus menguat berdasarkan secara teknikal.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan secara teknikal harga emas menunjukkan pola Continuation Bullish dengan Level Demand US$2043.49 – US$2049.71.
"Meskipun hari ini belum ada berita yang signifikan, potensi kenaikan masih diprediksi akan terjadi lagi meskipun mungkin akan ada pola penurunan dalam jangka pendek,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (4/1/2023).
Andrew mengatakan penguatan emas pada pagi hari ini didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi yang signifikan, sementara analisis trend masih mendukung kenaikan yang signifikan.
Secara fundamental, menurutnya pasar optimis terhadap kemungkinan Federal Reserve memangkas suku bunga pada Maret 2024, meskipun para pejabat bank sentral tetap berhati-hati.
"Emas menguat dalam beberapa sesi terakhir karena menurunnya inflasi dan data pasar tenaga kerja yang lemah, serta sinyal-sinyal yang tidak terlalu hawkish dari The Fed yang memicu spekulasi tentang pemangkasan suku bunga pada awal 2024", ujarnya.
Baca Juga
Dia mengatakan Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Namun, beberapa perubahan dalam sinyal-sinyalnya, terutama pengakuan kemajuan dalam menekan inflasi dan potensi "soft landing" untuk ekonomi AS, memperkuat ekspektasi bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember, dan kemungkinan memangkasnya pada Maret 2024.
Dia mengatakan selama dua bulan berturut-turut di bulan November, emas mengalami peningkatan kuat. Meskipun Fed terlihat akan memangkas suku bunga pada Maret, masih banyak sinyal ekonomi yang harus dipertimbangkan.
"Ada banyak sumber mengatakan peluang 97% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada bulan Desember, dan kemungkinan 60% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 5% hingga 5,25%. Ini berbeda dengan prediksi traders yang sebelumnya memperkirakan peluang 21% untuk pemangkasan suku bunga di bulan Maret", ujar Andrew.
Andrew menambahkan potensi penurunan suku bunga menjadi pertanda baik untuk emas, mengingat suku bunga yang lebih tinggi mendorong naiknya biaya peluang untuk berinvestasi dalam logam mulia. Namun, pasar masih menunggu data Non Farm Payrolls untuk bulan November dan angka inflasi untuk sisa tahun ini.
"Kondisi pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi di atas target tahunan the Fed akan mengurangi prospek penurunan suku bunga lebih awal. Perkembangan selanjutnya akan terus dipantau oleh pelaku pasar untuk memprediksi dinamika pasar logam mulia ke depan", pungkasnya.