Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa ke Rp15.553 saat BI Tahan Suku Bunga 6%

Rupiah hari ini ditutup menguat 0,14% atau 22 poin ke level Rp15.553 per dolar AS.
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berhasil ditutup menguat ke level Rp15.553 per dolar AS pada Kamis, (23/11/2023) setelah Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6%. Mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi, namun dolar AS justru loyo pada sore ini. 

Berdasarkan data Bloomberg dikutip Kamis, (23/11/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,14% atau 22 poin ke level Rp15.553 per dolar AS, setelah ditutup lesu pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah ke posisi 103,66 pada sore ini. 

Beberapa mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang menguat 0,23%, dolar Singapura menguat 0,16%, dolar Taiwan naik 0,31%, won Korea naik 0,24%, peso Filipina menguat 0,17%, dan yuan China melompat 0,36%.

Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Hongkong melemah 0,02%, rupee India terkoreksi 0,02%, ringgit Malaysia turun 0,10%, dan baht Thailand melemah 0,08%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, keputusan BI yang menahan suku bunga acuan atau BI7DRR di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Kamis, (23/11/2023) telah sejalan dengan prediksi konsensus analis.

Selain suku bunga acuan BI7DRR yang ditahan di 6%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.

"Memasuki tahun politik, pemerintah akan tetap fokus membangun fondasi untuk mencapai status high income di tahun 2045. Fundamental Indonesia tidak akan berubah hanya karena faktor tahun politik," ujar Ibrahim dalam riset pada Kamis, (23/11/2023).

Di lain sisi, dari sentimen global Bank Sentral AS Federal Reserve masih memberikan sinyal hawkish yang menimbulkan ketidakpastian mengenai kapan bank sentral bermaksud untuk mulai memangkas suku bunga.

Ibrahim mengatakan, ketika The Fed mempertahankan prospek suku bunganya yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, para pelaku pasar mengurangi beberapa spekulasi bahwa Fed akan mulai memangkas suku bunganya paling lambat pada bulan Maret 2024.  

Selain itu, pasar juga mengamati langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari pemerintah China, karena Beijing terlihat mempersiapkan lebih banyak dukungan moneter untuk sektor properti yang sedang terpuruk. Fokus saat ini tertuju pada data indeks manajer pembelian China untuk bulan November 2023 yang akan dirilis minggu depan.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp15.520- Rp15.600," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper