Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden akan bertarung dalam Pemilu 2024 mendatang. Dari tiga pasangan tersebut, pasangan mana yang lebih disukai market?
Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu mengatakan pelaku pasar akan melihat bagaimana kebijakan ekonomi, fiskal, moneter, dan sektor yang didukung oleh tiga pasang calon presiden dan wakil presiden tersebut. Selain itu, pelaku pasar juga akan melihat potensi stabilitas politik yang dibawa oleh capres dan cawapres tersebut.
"Misalnya yang menang eksekutif A, tapi tidak didukung legislatif yang cukup banyak sehingga mereka mengambil kebijakan cukup sulit. Itu memberikan sentimen yang kurang baik dari market," kata Genta dalam Road to 2024: Market Outlook Sinarmas Sekuritas, Kamis (2/11/2023).
Menurut Genta, pelaku pasar akan lebih menyukai eksekutif dan legislatif yang sejalan, agar kebijakannya lebih terukur. Dia mencontohkan di Amerika Serikat, ketika legislatif dan eksekutif berasal dari kelompok yang berbeda, maka kebijakan yang diambil menjadi tarik ulur.
"Pada intinya, siapapun presidennya, yang paling penting buat market bagaimana kebijakannya ini bisa terukur atau tidak," ujar Genta.
Genta melanjutkan, berdasarkan data historis, IHSG mengalami penguatan pasca pemilu disebabkan kondisi politik yang lebih stabil. Di sisi lain, sejalan dengan katalis pemilu dan konsumsi yang membaik, maka diperkirakan sektor konsumsi dan telekomunikasi dapat membukukan performa yang solid pada 2024.
Baca Juga
Adapun SimInvest Research menargetkan IHSG di akhir 2023 berada pada level 7.000-7.300. Sementara itu, untuk 2024 SimInvest Research menargetkan IHSG ditutup pada level 7.700.
Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan transisi politik saat ini membawa kecendrungan indeks menjadi cukup volatil. Akan tetapi, jika melihat dari sisi manufaktur, cadangan devisa yang cukup baik, dari sisi fundamental pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup baik.
Dia menuturkan pasar bisa menjadikan penurunan harga saham sebagai waktu terbaik untuk memperoleh saham dengan harga yang murah.
"Dengan kondisi politik masih gonjang-ganjing, posisi pelaku pasar masih menerka-nerka, artinya indeksnya masih mencari arah," tutur Ike dalam kesempatan yang sama.
Adapun Ike melihat IHSG dapat kembali bullish di tahun 2024 setelah pemilu yang akan menjadikan kondisi lebih stabil.