Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Kuat Kinerja Kuartal III Mitratel, Cek Target Saham Terbaru

Kinerja perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel tetap solid dengan capaian pendapatan dan laba bersih
Annisa Kurniasari Saumi,Pandu Gumilar,Redaksi
Kamis, 2 November 2023 | 12:54
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel
Menara telekomunikasi Mitratel/Dok. Mitratel

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel tetap solid dengan capaian pendapatan dan laba bersih yang tumbuh dus digit. Di saat yang sama harga saham MTEL masih belum dapat merangkak naik kembali ke level psikologis Rp 700.

Dalam satu bulan terakhir, harga saham Mitratel cenderung mengalami penurunan. Tren koreksi saham MTEL juga dialami oleh emiten menara lainnya.

Research analyst Shinhan Sekuritas Annisa Septiwijaya menjelaskan dengan fenomena koreksi yang terjadi tersebut, valuasi saham MTEL dinilai menjadi menarik karena sudah tergolong murah. Dengan harga saham yang sudah terdiskon dari nilai wajarnya, analis memandang ini dapat menjadi katalis untuk MTEL ke depan.

“Secara valuasi MTEL saat ini cukup menarik dengan level EV/EBITDA di sekitar 9.3x atau bergerak di -1 standar deviasinya dalam setahun dan lebih rendah dari TBIG 12.1x.” ujar Annisa Septiwijaya, research analyst Shinhan Sekuritas. 

Di saat harga sahamnya dianggap sudah kemurahan, Annisa menyampaikan bahwa MTEL memiliki prospek yang cerah di tengah tren konsolidasi industri telekomunikasi menara terutama dari operator seluler yang masih berlanjut.

Annisa mencontohkan operator seluler mulai banyak mendivestasikan aset seperti menara dan aset fiber dan lebih fokus untuk meningkatkan performa keuangannya.

Di sisi lain peluang divestasi aset ini pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh pelaku industri menara untuk menampung aset tersebut. Dalam hal ini Annisa menjagokan MTEL karena dinilai memiliki keunggulan untuk ekspansif.

“Sejauh ini MTEL memiliki ruang ekspansi yang besar karena rasio utang (leverage) paling rendah diantara kompetitornya.” Ujarnya.

Katalis ketiga yang juga disorot oleh Annisa adalah outlook peningkatan produktivitas aset dengan adanya kolokasi terutama di wilayah dengan pertumbuhan pesat di luar Jawa.

“Karena dengan kolokasi beban pemeliharaan dan depresiasi aset bisa terjaga sementara revenue per asetnya lebih tinggi. Dengan aset yang lebih produktif tersebut, maka akan berdampak pada perbaikan marjin,” tambah Annisa.

Berdasarkan konsensus data Bloomberg Terminal per 30 Oktober 2023, sebanyak 24 analis atau 96 persen merekomendasikan beli saham MTEL. Sementara itu, 1 analis lainnya atau 4 persen merekomendasikan tahan saham MTEL.

Target harga saham MTEL selama 12 bulan ke depan berada di level Rp893 dengan harga terakhir di level Rp635. Sementara itu, peluang return atau imbal hasil MTEL sebesar 40,8 persen.

Beberapa rekomendasi beli atau buy saham MTEL datang dari analis New Street Research dengan target price (TP) di level Rp1.135 dan Citigroup Sekuritas Indonesia dengan TP Rp1.040.

Lalu, terdapat Mandiri Sekuritas dan Samuel Sekuritas Indonesia yang masing-masing merekomendasikan buy dengan TP Rp1.000 dan Rp965. Selanjutnya, Verdhana Sekuritas Indonesia dan BCA Sekuritas yang sama-sama merekomendasikan buy dengan TP Rp950.

Di sisi lain, emiten menara milik Telkom itu mencetak pendapatan senilai Rp6,27 triliun pada 9 bulan 2023. Pendapatan tersebut meningkat 11,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,6 triliun.

Meningkatnya pendapatan turut meningkatkan beban pokok pendapatan MTEL menjadi Rp3,2 triliun. Angka itu meningkat 6,55 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3 triliun.

Namun, MTEL masih mencetak peningkatan laba bruto sebesar 18,06 persen, dari Rp2,6 triliun menjadi Rp3,07 triliun secara tahunan atau year on year (YoY). Dengan begitu, MTEL mencetak laba tahun berjalan sebesar Rp1,43 triliun pada 9 bulan 2023. Laba tahun berjalan itu meningkat 16,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,22 triliun. (Daffa Naufal Ramadhan)

----

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper