Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Respons Negatif Suku Bunga BI, Investor Asing Batal Kabur?

Simak pernyataan analis soal pasar yang merespons negatif dan keputusan investor asing saat BI menaikkan suku bunga ke level 6%.
Ilustrasi modal asing dalam bentuk mata uang dolar AS. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi modal asing dalam bentuk mata uang dolar AS. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6% hari ini. Analis melihat langkah ini akan meredam modal keluar atau capital outflow dari investor asing di Indonesia.

Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan pasar merespons negatif kabar kenaikan suku bunga BI, terutama pada saham-saham rate-sensitive seperti perbankan.

Valdy juga melihat kenaikan suku bunga acuan ini akan meredam capital outflow yang terjadi dalam satu hingga dua bulan terakhir. 

"Dengan demikian, diharapkan terjadi pembalikan capital flow atau setidaknya meredam capital outflow yang tengah berlangsung," kata Valdy kepada Bisnis, Kamis (19/10/2023).

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan peningkatan suku bunga acuan BI memberikan pengaruh yang negatif kepada IHSG. Hal ini karena peningkatan suku bunga akan mengerem pertumbuhan ekonomi.

"Karena di semester II/2023 ini sudah terjadi outflow, dengan pengumuman ini, diharapkan akan menahan outflow asing. Diharapkan tidak semakin besar outflow-nya," ujar Martha dihubungi terpisah.

Associate Director of Research and Investments Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga dengan melihat ketidakpastian yang ada di pasar, seperti konflik geopolitik dan harga minyak yang meningkat. 

Peningkatan suku bunga BI ini menurut Nico membuat pelaku pasar dan investor asing berkalkulasi dua kali, mana instrumen yang lebih menarik, bagaimana risikonya dan reward-nya. 

"Ketika suku bunga naik, imbal hasil obligasi naik, harga obligasi turun. Penurunan ini yang menjadi daya tarik untuk asing mulai masuk ke pasar obligasi," ujarnya. 

Sementara itu, untuk pasar saham, Nico melihat peningkatan suku bunga ini akan memberikan dampak dua sisi terhadap sektor perbankan. Dia melihat kenaikan suku bunga akan memberikan net interest margin (NIM) yang lebih besar.

Namun, di sisi lain, terjadi penurunan dari pertumbuhan kredit karena biaya pinjaman atau cost of fund naik. 

Sektor saham lain seperti sektor properti juga menurutnya akan terkena sentimen dari peningkatan suku bunga ini. Demikian pula dengan sektor tekno dan consumer goods.

Adapun menurut Valdy, investor bisa mencermati saham defensif untuk jangka pendek seperti TLKM, MAPI, dan INDF. Ke depannya, kata dia, setelah dampak psikologis mulai mereda terdapat potensi bargain hunting atau buy on support di saham-saham bank, terutama bank berkapitalisasi besar.

Sementara itu, Martha menyarankan untuk memperhatikan saham-saham defensif seperti consumer goods untuk saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper