Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berakhir menguat pada perdagangan Senin (21/8/2023), menyusul tren kenaikan harga minyak kedelai.
Melansir data Bursa Malaysia Derivatives, harga kontrak berjangka CPO untuk pengiriman September 2023 ditutup menguat 68 ringgit Malaysia menjadi 3.922 ringgit per ton. Adapun harga kontrak berjangka Oktober naik 60 ringgit ke level 3.024 per ton.
Selain itu, harga CPO berjangka kontrak November 2023 naik 65 ringgit menjadi 3.936 ringgit per ton dan kontrak Desember 2023 menguat 69 ringgit ke 3.947 ringgit per ton.
Total volume perdagangan turun menjadi 41.224 lot dari 62.111 lot pada hari Jumat, sedangkan open interest naik tipis menjadi 193.666 kontrak dari sebelumnya 193.505 kontrak.
Adapun Harga fisik CPO untuk kontrak Agustus 2023 naik 50 ringgit menjadi 3.950 ringgit per ton.
Melansir Bernama, Kepala riset komoditas Sunvin Group Anilkumar Bagani mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO di Malaysia melanjutkan lonjakan kenaikan dari pekan sebelumnya.
Baca Juga
Harga mempertahankan momentum penguatan hingga hari perdagangan awal pekan ini.
"Harga CPO mengikuti tren bullish yang terlihat pada minyak kedelai CBOT, minyak kelapa sawit yang dimurnikan, diputihkan, dan dihilangkan baunya serta minyak kedelai berjangka pada hari Jumat, dan juga pada jam-jam perdagangan Asia hari ini," kata Anilkumar, dikutip Selasa (22/8/2023).
Dia melanjutkan, pertumbuhan ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang stabil bulan ini, ditambah dengan melemahnya nilai tukar ringgit, juga dipandang sebagai dukungan bagi kontrak berjangka minyak kelapa sawit dalam mata uang ringgit.
"Ekspor minyak sawit Malaysia diproyeksikan mencapai 827.975 ton, naik 9,78 persen dari estimasi untuk periode 1-20 Juli," tambahnya.
Adapun menurut data Chicago Board of Trade (CBOT), harga minyak kedelai (soybean oil) ditutup melemah 0,82 persen ke US$63,82 sen per pound pada perdagangan Senin (21/8), setelah menguat 2,94 persen sepanjang perdagangan pekan lalu.
Sementara itu, harga kedelai berjangka naik ke level tertinggi sejak Juli 2023 karena cuaca panas melanda wilayah pertumbuhan AS, sehingga menimbulkan kekhawatiran mengenai hasil panen.
Layanan Cuaca Nasional AS melaporkan sejumlah negara bagian termasuk Iowa, Illinois dan Nebraska, yang menjadi utama produsen jagung dan kedelai, mendapat peringatan cuaca panas yang berlebihan.
Meskipun cuaca akan sangat panas dari pertengahan hingga akhir Agustus, suhu di daerah-daerah tersebut diperkirakan akan memecahkan berbagai rekor harian dan kemungkinan rekor bulanan.
Agritel yang berbasis di Paris mengungkapkan, ”kubah panas" dapat berlangsung selama lebih dari seminggu dan meningkatkan harga panen. Cuaca menjadi perhatian khusus untuk kedelai, karena mereka masih dalam fase perkembangan yang krusial - sementara sebagian besar jagung sudah selesai melakukan penyerbukan.
Para pedagang akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi panen saat Pro Farmer Crop Tour dimulai di AS minggu ini, saat petani memeriksa ladang-ladang di seluruh Midwest. Kondisi tanaman telah membaik dalam beberapa minggu terakhir karena hujan mencapai sabuk pertumbuhan, mengurangi kekeringan yang terjadi di awal musim panas.
Di sisi lain, harga gandum berjangka turun menyusul laporan bahwa Ukraina dapat menyelesaikan kesepakatan dengan perusahaan asuransi global pada bulan depan untuk mengasuransikan kapal-kapal gandum yang berlayar dari dan ke pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam. Hal ini terjadi setelah Rusia keluar dari kesepakatan biji-bijian Ukraina pada bulan Juli.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kedelai berjangka CBOT untuk kontrak November 2023 ditutup menguat 0,46 persen ke US$13,60 per gantang pada perdagangan Senin.