Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Kompak Naik, Terdorong Data Inflasi dan Ekspektasi The Fed

Wall Street kompak menguat pada Selasa (13/6/2023) seiring dengan peluang dovish The Fed, yakni menahan suku bunga acuan dalam FOMC Juni 2023.
Wall Street kompak menguat pada Selasa (13/6/2023) seiring dengan peluang dovish The Fed, yakni menahan suku bunga acuan dalam FOMC Juni 2023. Bloomberg/Michael Nagle
Wall Street kompak menguat pada Selasa (13/6/2023) seiring dengan peluang dovish The Fed, yakni menahan suku bunga acuan dalam FOMC Juni 2023. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street kompak menguat pada Selasa (13/6/2023) seiring dengan peluang dovish The Fed, yakni menahan suku bunga acuan dalam pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini, karena melemahnya data inflasi. 

Dow Jones naik 0,43 persen menjadi 34.212,12 poin, S&P 500 naik 0,69 persen ke level 4.369,01, dan Nasdaq melompat 0,83 persen menuju 13.573,32.

Wall Street bersama saham global lainnya cenderung menguat dan dolar melemah pada hari Selasa setelah data harga konsumen (IHK) AS menunjukkan inflasi hampir tidak naik pada bulan Mei, meningkatkan ekspektasi Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga dalam pertemuan dua hari 13-14 Juni 2023, mengutip Reuters.

Ekuitas menguat, dengan Nasdaq yang padat saham teknologi naik hampir 30 persen tahun ini. Lonjakan itu membuat banyak orang di pasar mempertanyakan reli yang didorong oleh hanya 7 atau delapan 8 berkapitalisasi besar.

Ekspektasi The Fed akan mempertahankan tingkat targetnya tidak berubah pada hari Rabu di kisaran 5 persen-5,25 persen naik menjadi 91,9 persen. Namun, kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan Fed yang berakhir pada 26 Juli naik menjadi 60,1 persen, menurut CME Group's FedWatch Tool.

Joseph LaVorgna, kepala ekonom AS di SMBC Nikko Securities di New York, mengatakan kekuatan ekonomi akan menentukan apakah Fed menaikkan lagi akhir tahun ini. 

"Saya tidak yakin itu akan didorong oleh inflasi semata, karena sekali lagi, intinya akan tetap ketat untuk sementara waktu," katanya.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,28 persen karena perbedaan suku bunga turun menjelang kemungkinan kenaikan oleh Bank Sentral Eropa pada hari Kamis dan kemungkinan Bank of England minggu depan. Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgar pada hari Jumat.

Inflasi Amerika Serikat (AS) terus melanjutkan tren penurunannya pada bulan Mei 2023, meskipun masih di atas target 2 persen The Fed.

Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/5/2023), inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen pada Mei 2023 dibandingkan bulan sebelumnya, setelah sebelumnya mengalami kenaikan 0,4 persen pada April 2023.

Sementara itu, inflasi tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 4 persen pada Mei 2023 setelah sebelumnya menyentuh 4,9 persen pada bulan April. Laju inflasi tahunan mencapai puncaknya yakni sebesar 9,1 persen pada Juni 2022, yang merupakan kenaikan terbesar sejak November 1981.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper