Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah Nyaris Rp15.000 per Dolar AS

Rupiah hari ini ditutup melemah 0,06 persen ke Rp14.994 per dolar AS.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (31/5/2023) mendekati Rp15.000 per dolar AS. 

Mengutip data Bloomberg, pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemmah 9 poin atau 0,06 persen ke Rp14.994 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,36 persen ke 103,53. 

Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia turut mengalami pelemahan seperti dolar Singapura yang melemah 0,32 persen, dolar Taiwan melemah 0,48 persen, won Korea Selatan melemah 0,06 persen, yuan China melemah 0,36 persen, dan ringgi Malaysia melemah 0,46 persen. 

Sementara itu, mata uang yang menguat ada yen Jepang yang naik 0,07 persen, peso Filipina menguat 0,35 persen, dan rupee India menguat 0,02 persen. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS naik pada perdagangan Rabu setelah data aktivitas China yang lemah menghantam sentimen risiko.  

"Sementara itu, fokus investor kemungkinan akan bergeser dari isu plafon utang AS ke laporan pekerjaan akhir pekan ini yang dapat memperkuat prospek kenaikan Federal Reserve lebih lanjut bulan depan," ungkapnya dalam riset harian, Rabu (31/5/2023). 

Data yang dirilis Rabu pagi menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur China menyusut untuk bulan kedua berturut-turut di bulan Mei, dan pada kecepatan yang lebih tajam dari bulan sebelumnya. 

Pelemahan di sektor manufaktur ini, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan lokal China, menandakan bahwa pertumbuhan aktivitas bisnis secara keseluruhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu juga berkontraksi, menghantam sentimen risiko yang menguntungkan dolar tempat berlindung yang aman.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai kisaran 4,7 hingga 5,5 persen pada 2024. Perkiraan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan proyeksi pemerintah yang lebih optimistis pada kisaran 5,3 hingga 5,7 persen. 

Perkiraan tersebut mempertimbangkan kondisi global yang masih tidak menentu. Pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini BI perkirakan mencapai 2,7 persen dan meningkat tipis pada 2024 menjadi sebesar 2,8 persen. Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh perbaikan ekonomi China dan India dan sejumlah negara Asia lainnya.  

Selain itu, BI memandang laju inflasi global ada kecenderungan menurun, khususnya di negara berkembang. Di sisi lain, laju inflasi global di negara maju diperkirakan turun lebih lambat. Hal ini mengakibatkan suku bunga acuan di negara maju tetap bertahan pada level yang tinggi. 

Kemudian, pertumbuhan ekonomi diperkirakan terus membaik, utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi, khususnya nonbangunan. Dari sisi permintaan, ekspor juga diperkirakan tetap tumbuh positif sejalan dengan kenaikan permintaan global. 

Dengan demikian, untuk perdagangan esok hari, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.970 - Rp15.050 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper