Bisnis.com, JAKARTA — Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) memproyeksikan pendapatan pada 2023 akan naik hingga 87 persen dibandingkan dengan 2022 menjadi sekitar Rp58,4 triliun. Penambahan armada pesawat dan jumlah penumpang yang diangkut bakal menjadi faktor pengerek kinerja tahun ini.
Pendapatan usaha GIAA naik 36,66 persen dari US$1,33 miliar pada 2021 menjadi US$2,1 miliar atau setara Rp33,07 triliun pada 2022. Segmen penerbangan berjadwal berkontribusi senilai total US$1,68 miliar pada 2022, naik dari perolehan 2021 sebesar US$1,04 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal GIAA adalah sebesar US$178,21 juta, yang didapatkan dari penerbangan charter sebesar US$82,32 juta dan penerbangan haji sebanyak US$92,48 juta.
Adapun, pendapatan Garuda Indonesia melonjak 72,2 persen year-on-year dari US$350,15 juta pada kuartal I/2022 menjadi US$602,99 juta pada kuartal I/2023.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pendapatan usaha pada 2023 berpotensi bertambah 84—87 persen dibandingkan dengan tahun lalu atau menjadi sekitar US$3,86 miliar sampai US$3,92 miliar atau sekitar Rp57,51 triliun-Rp58,4 triliun. Peningkatan akan didukung oleh penambahan dan restorasi armada serta prospek kenaikan jumlah penumpang yang diangkut.
“Kami berencana menambah sekitar 5 pesawat jenis Boeing 737-800 yang dijadwal diterima bertahap pada kuartal kedua dan ketiga 2023,” kata Irfan dalam paparan publik secara daring, Selasa (30/5/2023).
Baca Juga
Tambahan pesawat selama periode tersebut sejalan dengan potensi kenaikan penumpang yang diestimasi bertambah 36,45 persen pada kuartal III/2023 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Adapun jumlah penumpang yang diangkut GIAA sepanjang 2022 mencapai 5,56 juta orang.
Selain faktor tersebut, potensi kenaikan pendapatan juga datang dari layanan penerbangan jemaah haji. Irfan mengatakan GIAA akan menerbangkan sekitar 104.172 orang jemaah pada musim ibadah haji tahun ini. Jumlah tersebut naik 117 persen dibandingkan dengan 2022 yang hanya sebanyak 47.915 orang.
“Ada kemungkinan jumlah ini bertambah dari penambahan kuota. Kami masih menunggu konfirmasi angka final yang diberikan kepada Garuda karena kuota dibagi dua dengan maskapai Arab Saudi,” tambah Irfan.
Pada 2022 kontribusi dari segmen penerbangan haji mencapai 7,76 persen dari total pendapatan. Angka ini bertambah daripada 2021 yang berjumlah 7,23 persen.
Irfan juga menyampaikan optimismenya bahwa GIAA bisa membukukan kenaikan EBITDA sebesar 20—25 persen pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada 2022, GIAA melaporkan EBITDA adjusted di level US$51 juta, berbalik positif dari posisi negatif pada 2021 sebesar US$10 juta.