Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel department store PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) membukukan penurunan penjualan selama kuartal pertama 2023. Namun laba bersih RALS tercatat naik tipis selama kurun Januari—Maret.
Ramayana mengakumulasi penjualan sebesar Rp583,75 miliar selama kuartal I/2023 atau turun 2,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp600,53 miliar.
Penurunan terutama dipicu oleh turunnya pemasukan dari segmen barang swalayan sebesar 11,8 persen year on year (YoY) menjadi Rp139,20 miliar. Sementara itu segmen pakaian dan aksesori masih tumbuh tipis 0,4 persen YoY menjadi Rp444,54 miliar.
Meskipun terjadi penurunan penjualan, Ramayana tercatat berhasil meningkatkan laba bersih sebesar 0,55 persen YoY dari Rp30,0 miliar menjadi Rp30,17 miliar. Kenaikan laba bersih dipicu oleh penurunan pada beban pokok penjualan sebesar 9,64 persen YoY dari Rp329,08 miliar menjadi Rp297,36 miliar pada kuartal I/2023.
Sampai akhir Maret 2023, RALS tercatat mengoperasikan 98 gerai Ramayana, 3 gerai Robinson, dan 2 gerai Cahaya. Perseroan melaporkan bahwa terdapat 1 gerai baru yang dibuka selama kuartal I/2023, sementara total penutupan gerai sepanjang 2022 mencakup 3 toko.
Analis Ciptadana Sekuritas Nicko Yosafat dalam risetnya menyebutkan bahwa Ramayana membuka kembali sejumlah gerainya di luar Jawa selama Ramadan setelah sempat tutup. Hal ini menjadi sinyal bahwa Ramayana masih menjadi ritel fesyen yang dominan di kota atau kabupaten di luar Jawa.
Baca Juga
“Kami meyakini bahwa RALS mampu untuk mengisi pasar ritel fesyen di segmen menengah ke bawah, terutama di luar Jawa,” tulis Nicko.
Terlepas dari penurunan pendapatan pada kuartal I/2023, Ciptadana memperkirakan RALS masih berpeluang mendulang kenaikan kinerja dari momen Ramadan dan Lebaran yang bertepatan dengan awal kuartal II/2023.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ciptadana mempertahankan rekomendasi beli untuk saham RALS dengan target harga Rp760 per saham yang mencerminkan price to earning ratio (PER) estimasi 2023 sebesar 10,4 kali.
“Sejumlah risiko dari rekomendasi ini adalah level inflasi yang lebih tinggi, besarnya tingkat belanja daring, dan gaya hidup yang lebih hemat,” lanjut Nicko.