Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 0,16 persen pada penutupan perdagangan Rabu (12/4/2023) ke level 6.789,96. IHSG cenderung bertahan di zona merah sepanjang sesi.
Berdasarkan data RTI, IHSG turun 12,35 poin dan sempat mencapai posisi tertingginya di 6.833,74, sementara posisi terendah berada di 6.775,28. Terdapat 230 saham yang menguat, 302 saham berakhir di zona merah, dan sisanya 198 saham berada di posisi yang sama dengan penutupan kemarin.
Pelemahan IHSG terutama disebabkan oleh pelemahan sektor energi yang mencapai 1,62 persen. Sejumlah pemberat sektor ini adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) yang turun 6,97 persen ke Rp35.375 per saham. Kemudian ADRO turun 2,62 persen dan BYAN melemah 3,26 persen.
Sektor teknologi juga terpantau melemah 1,45 persen. Saham-saham seperti GOTO, BUKA, dan EMTK kompak melemah masing-masing sebesar 6,06 persen, 0,85 persen, dan 0,65 persen.
Selanjutnya sektor kesehatan juga melemah 0,53 persen dan konsumer non-cylical turun 0,51 persen.
Sementara itu, sektor-sektor yang menguat adalah industri sebesar 0,97 persen dan transportasi naik 0,34 persen.
Baca Juga
Di antara saham-saham berkapitalisasi besar, selain GOTO dan BYAN, pelemahan juga dialami oleh BBNI dan UNVR yang masing-masing terkoreksi 0,27 persen dan 0,24 persen.
Sementara itu, kenaikan tertinggi terlihat pada ASII sebesar 2,88 persen, BBRI menguat 1,02 persen dan BMRI naik 0,98 persen.
Phintraco Sekuritas dalam riset menyebutkan bahwa IHSG berpotensi melanjutkan rebound ke kisaran 6.820–6.835 pada perdagangan hari ini. Pandangan tersebut didasari adanya penyempitan negative slope pada MACD dan Stochastic RSI.
Katalis positif berasal dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di Indonesia sebesar 123,3 pada Maret 2023 dari 12,4 di Februari 2023. IKK di atas 100 menunjukan kondisi konsumen yang optimistis. Dengan demikian, IKK di Indonesia bertahan di atas level 120 sejak Januari 2023.
Dari eksternal, pelaku pasar mengantisipasi data inflasi AS yang diperkirakan turun ke 5,2 persen yoy di Maret 2023 dari 6 persen yoy di Februari 2023. Akan tetapi inflasi inti diperkirakan naik 10 bps mom ke 5,6 persen yoy. Kondisi ini mendasari ekspektasi kenaikan The Fed Rate sebesar 25 bps pada FOMC Mei 2023. Terkait hal ini, tren penguatan nilai tukar rupiah diperkirakan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan.