Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) terus melanjutkan kegiatan eksplorasi di empat daerah yang berbeda di Indonesia, yakni Tujuh Bukit di Jawa Timur, Pulau Wetar di Maluku Barat Daya, Pani di Gorontalo, dan Konawe di Sulawesi Tenggara. Pada eksplorasi tersebut, MDKA telah menggelontorkan dana Rp379,5 miliar sepanjang kuartal I/2023 ini.
Sekretaris Perusahaan MDKA Adi Adriansyah Sjoekri menyebutkan kegiatan eksplorasi di daerah Tujuh Bukit difokuskan pada sumber daya tembaga, emas dan emas perak. Sementara di Pulau Wetar difokuskan pada sumber daya tembaga, dan di daerah Pani difokuskan pada eksplorasi sumber daya emas, kemudian di daerah Konawe difokuskan pada eksplorasi sumber daya nikel.
Adapun untuk ekplorasi di daerah Tujuh Bukit, perseroan telah mengeluarkan dana sekitar Rp198,6 miliar yang terdiri dari pemeliharaan terowongan, pengeboran definisi sumber daya bawah tanah, dan pekerjaan tes terkait. Adi menjelaskan Semua pekerjaan diselesaikan melalui perjanjian kerja antara Merdeka dan PT Merdeka Mining Servis.
Adapun metode pengujian yang dilakukan MDKA adalah melalui pengeboran dari tanah dan permukaan, dengan area yang dipilih adalah dalam area deposit porfiri Tujuh Bukit yang meliputi zona berkadar emas dan tembaga tertingi.
"Enam rig pengeboran bawah tanah melakukan pengeboran definisi sumber daya dengan total kedalaman pengeboran 10.072 meter dan akan dilanjutkan menggunakan enam rig pengeboran intan (DD) dan tiga rig DD di permukaan akan melakukan pengeboran geoteknik dan hidrologi" Ungap Adi dalam keterangan tertulis, Selasa (11/4/2023).
Sementara eksplorasi MDKA pada proyek Wetar sampai dengan Kuartal I/2023 ini telah menghabiskan dana Rp30,2 miliar. Pada proyek tersebut MDKA menggunakan empat rig dalam melakukan pengeboran dan sejauh ini telah menyelesaikan 53 lubang (termasuk dua lubang metarulgi) dengan kedalaman seluruhnya mencapai 8.527,4 meter di Partolang.
Baca Juga
Selanjutnya pada proyek Pani di Gorontalo, MDKA mempergunakan 13 rig DD dalam pengeboran. Sejauh ini MDKA telah menyelesaikan kostruksi tapak bor, pemasangan pipa air, pemetaan geologi, dan analisa mineral ubahan dengan LIBS dan XRF. Adapun total pengeluaran pada proyek tersebut sampai dengan Kuartal I/2023 sebesar Rp100,4 miliar.
Dan terakhir pada proyek di Konawe, MDKA sampai dengan Kuartal I/2023 telah menghabiskan dana sekitar Rp14,1 miliar. Pada proyek ini pekerjaan dilakukan oleh PT Sulawesi Cahaya Mineral yang telah menyelesaikan 65 lubang pengeboran dengan total kedalaman 1.905,6 meter.
"Program pengeboran DD akan berlanjut menggunakan lima belas rig untuk pengeboran eksplorasi dan infill drilling" Ungkap Adi.
Sebelumnya MDKA menargetkan proyek tambang tembaga bawah tanah Tujuh Bukit diperkirakan siap beroperasi 5 tahun lagi atau mulai 2028.
GM Corporate Communication MDKA Tom Malik mengatakan, proyek tambang tembaga Tujuh Bukit, di bawah tambang emas Tujuh Bukit, di Banyuwangi Jawa Timur, akan beroperasi pada 2028. Proyek tembaga tersebut disiapkan menjadi salah satu proyek tembaga terbesar di dunia.
Berdasarkan data MDKA, sumber daya mineral tambang tersebut mencapai 1.784 Mt bijih yang mengandung sekitar 8,2 juta ton tembaga dan 28,6 juta ounce emas, termasuk sumber daya terindikasi 372 Mt.
Tom menuturkan, kandungan bijih itu dapat dibandingkan dengan tambang tembaga emas Batu Hijau di Sumbawa milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan Tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.
“Jadi tambang tembaga ini kalau mulai berproduksi bisa nambah produksi tembaga Indonesia hingga 30-40 persen, direncanakan beroperasi pada 2028,” kata Tom saat melakukan kunjungan media ke Bisnis Indonesia, Kamis (9/2/2023).
Sejak 2018, MDKA telah menggelontorkan investasi hampir US$150 juta untuk melakukan studi eksplorasi. Nantinya, hasil produksi tembaga dari tambang Tujuh Bukit akan diproses lebih lanjut menyusul dengan adanya larangan ekspor konsentrat tembaga.
“Kami melihat alternatif apa untuk memproses konsentrat yang nanti dihasilkan. Karena kalau tembaga dari tambang kami yang di Wetar sudah beroperasi tetap bisa diekspor karena bentuknya sudah lempengan. Tahun lalu produksinya hampir 20.000 ton,” jelasnya.