Bisnis.com, JAKARTA — PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) membukukan rugi bersih Rp40,5 triliun pada 2022 atau naik 55,98 persen daripada 2021. Torehan tersebut dipicu oleh meningkatnya beban pokok pendapatan, biaya penjualan dan pemasaran, serta kerugian dari penurunan nilai goodwill.
Rugi yang masih dibukukan GOTO pada 2022 berpotensi membuat perusahaan teknologi itu absen membagikan dividen untuk para pemegang sahamnya, tak terkecuali PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang masuk sebagai investor GOTO melalui anak usahanya Telkomsel.
Dalam prospektusnya sebelum menjadi perusahaan terbuka, GOTO berencana untuk membagikan dividen dengan beberapa kebijakan mendasar. GOTO menyatakan investor yang memperoleh saham Seri A baru dari Penawaran Umum Perdana Saham atau IPO akan memiliki hak yang sama dan sederajat dengan Pemegang Saham Seri A dan Pemegang Saham Seri B emiten sehubungan dengan ketentuan pembagian dividen.
Adapun, keputusan tentang pembayaran dividen diambil oleh Pemegang Saham pada RUPS tahunan berdasarkan rekomendasi Direksi. Akan tetapi, emiten teknologi itu hanya diperbolehkan untuk membagikan dividen pada setiap tahun jika Gojek-Tokopedia memiliki akumulasi laba ditahan yang positif.
Selain itu, jumlah pembayaran dividen akan bergantung pada sejumlah faktor. Misalnya laba ditahan, kinerja operasi, arus kas, prospek usaha masa depan serta kondisi keuangan dan faktor-faktor lainnya yang dianggap relevan oleh Pemegang Saham.
“Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan Anggaran Dasar, Emiten bermaksud, dengan persetujuan dari Pemegang Saham di RUPS tahunan, membagikan dividen setelah Emiten memperoleh akumulasi laba ditahan yang positif,” tulis manajemen GOTO.
Baca Juga
Jumlah pembayaran dividen GOTO pada masa depan, jika ada, akan bergantung pada laba ditahan, kondisi keuangan, arus kas dan kebutuhan modal kerja di masa mendatang, serta pengeluaran modal, komitmen kontraktual, dan biaya yang timbul sehubungan dengan ekspansi Perusahaan. Selain itu, GOTO juga dapat mengadakan perjanjian pembiayaan pada masa depan yang selanjutnya dapat mengurangi kemampuan untuk membayar dividen.
Berkaitan dengan hal ini, SVP Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza menjelaskan bahwa investasi yang dijalankan Telkom Group melalui Telkom sejak awal lebih berfokus pada pengembangan bisnis jangka panjang dan potensi sinergi nilai. Artinya, investasi tidak semata-mata dilandasi pada potensi capital gain.
“Bersamaan dengan GoTo yang kini telah menjadi perusahaan publik melalui IPO tahun lalu, maka pergerakan nilai saham yang fluktuatif menjadi hal yang wajar, di mana akan mengikuti perkembangan pasar,” kata Reza dalam jawaban tertulis kepada Bisnis, dikutip Kamis (23/3/2023).
Dengan demikian, Reza menilai dampak pergerakan harga saham hanya berlangsung dalam jangka pendek. Dia mengatakan saham GOTO tetap memiliki peluang untuk tumbuh sesuai dengan konsistensinya dalam pengembangan bisnis, terutama di sektor digital secara jangka panjang.
“Sejak awal langkah investasi yang dijalankan Telkom Group melalui Telkomsel ini fokus pada pengembangan bisnis jangka panjang dan potensi synergy value, tidak hanya capital gain semata,” katanya.
Sebagai catatan, investasi TLKM dimulai lewat penandatangan perjanjian pembelian saham oleh Telkomsel untuk memesan 29.708 lembar saham konversi GOTO senilai US$150 juta yang setara dengan Rp2,1 triliun pada 18 Mei 2021. Telkomsel juga memesan 59.417 lembar saham tambahan dari opsi pembelian saham atau senilai US$300 juta yang setara setara Rp4,29 triliun.
Berdasarkan perubahan akta pada 19 Oktober 2021, GOTO melakukan stock split dan mengubah jumlah kepemilikan saham Telkomsel dari 89.125 lembar saham, menjadi 23,72 miliar lembar saham. Dengan investasi dan stock split ini, maka Telkomsel tercatat memperoleh saham GOTO pada harga Rp270 per saham.
Per 30 September 2022, Telkomsel menilai nilai wajar investasi di GOTO dengan menggunakan nilai pasar saham GOTO sebesar Rp246 per saham. Namun hingga pengujung 2022, saham GOTO terpantau terus turun dan bertengger di Rp91 pada 30 Desember 2022.