Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blue Bird (BIRD) Sempat Rugi Akibat Platform BlackBerry, Jadi Pelajaran

Berkembangnya teknologi juga membuat Blue Bird (BIRD) lebih bertransformasi dalam layanan digitalnya.
Pengemudi mengoperasikan taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Pengemudi mengoperasikan taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mengaku sempat mengalami kerugian akibat sistem operasi BlackBerry yang ditinggalkan imbas munculnya iOS dan Android.

Wakil Direktur Utama BIRD Adrianto Djokosoetono mengatakan sejatinya perseroan sudah melakukan transformasi digital dengan memiliki aplikasi pada BlackBerry OS. Namun, seiring berjalannya waktu Blackberry ditinggalkan.

“Jadi itu juga sharing experience ya kalau punya produk in one platforms they might also fail and our services also collapse,” ujar Adrianto dalam OCBC NISP Business Forum 2023 dikutip Rabu (22/3/2023).

Meski demikian, dia mengatakan berkembangnya teknologi juga membuat BIRD lebih bertransformasi dalam layanan digitalnya. Hal ini terlihat dari aplikasi MyBluebird yang sudah mencapai versi keenamnya.

Dia juga mengatakan BIRD telah melakukan investasi besar-besaran untuk bersaing dengan ekosistem ride hailing pada 2019. Namun, ketika persiapan ekosistem tersebut rampung dunia justru dihantam pandemi Covid-19.

BIRD lantas kembali mengembangkan sistemnya dengan menerapkan internet of things (IoT). Dengan penerapan ini pelanggan dapat melakukan berbagai cara sistem pemesanan dan pembayaran melalui aplikasi.

Adapun fitur pembayaran no-tunai menjadi yang paling terasa manfaatnya bagi BIRD. Layanan nontunai disebut awalnya hanya mencapai 5 persen sampai 8 persen dalam penggunaannya. Namun, semenjak pandemi layanan tersebut meningkat hingga 45 persen.

Kemudian dari sisi tarif, dia mengatakan BIRD hanya akan fokus pada target konsumennya. Adapun dia menyebut konsumen yang meminta diskon tarif hingga 50 persen kemungkinan bukan target pasar BIRD.

“Kita selalu mengukur relevansi kita terhadap pelanggan. Tidak semua harus dirubah menjadi customer,” tuturnya.

Selain itu, persaingan tarif adalah hal biasa dalam bisnis transportasi. Namun, dia menyebut sejauh ini secara rata-rata tarif pada saat jam-jam sibuk, kurang lebih sudah sama.

Dia menyebut BIRD lebih fokus pada layanan yang diberikan dari setiap produk yang dimiliki. Terlebih lagi BIRD juga masih memiliki layanan berupa Silver Bird dengan kendaraan dan tarif yang berbeda.

“Kita percaya perusahaan dengan kapital sudah pasti bukan hanya bisa bakar duit itu sudah terbukti tapi bisa investasi di mobil dan teknologi,” katanya.

Sementara dari sisi mobilitas, dia menyebut saat ini masih dalam proses pemulihan untuk menuju level sebelum pandemi. Adapun dalam hal ini BIRD juga menyiapkan dana sebesar Rp2 triliun untuk menambah dan meremajakan armada.

Rencananya dana anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) akan fokus digunakan untuk menambah 6.000 armada pada tahun ini.

"Kita masih mencanangkan investasi sampai Rp2 triliun tahun ini untuk meremajakan, dan menambah armada kita baik taksi bus dan lainnya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper