Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa terpantau turun sejak awal tahun 2023, hingga saat ini yang sebesar Rp7,8 triliun pada penutupan perdagangan Selasa (21/2/2023). Analis memperkirakan RNTH Bursa dapat kembali meningkat seiring dengan masuknya musim pembagian dividen dari perusahaan tercatat.
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan menuturkan terdapat beberapa katalis yang akan membuat RNTH kembali naik. Kemungkinan pertama adalah dari perilisan laporan keuangan tahun buku 2022.
Rilis laporan keuangan ini terutama pada emiten-emiten yang diharapkan atau diekspektasikan berpotensi mencatatkan pertumbuhan laba diatas rata-rata di tahun penuh 2022, termasuk produsen batu bara.
"Katalis kedua kemungkinan berasal dari rencana pembagian dividen untuk tahun buku 2022," kata Valdy kepada Bisnis, Selasa (21/2/2023).
Akan tetapi, lanjutnya, pelaku pasar juga dapat mencermati data-data ekonomi domestik dan juga petunjuk dari arah kebijakan moneter The Fed.
Menurut Valdy, selama data ekonomi domestik mempertahankan tren positifnya, pasar modal berpotensi kembali bergairah. Demikian pula jika terdapat sinyal kuat bahwa The Fed Rate telah mencapai puncak, yang juga dapat meningkatkan investasi.
Baca Juga
Sementara itu, Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya mengatakan memperkirakan RNTH dan transaksi di pasar dapat kembali meningkat pada awal Maret 2023.
"Pasar menunggu petunjuk lebih lanjut soal The Fed, tentang seberapa besar kenaikan suku bunga di tahun ini. Mungkin Maret awal baru bergelora lagi marketnya," tutur Cheril.
Saat ini, kata dia, pasar masih menduga-duga karena data yang dirilis baru sebatas data tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang turun, tetapi lebih rendah dari perkiraan.
Adapun menurut Valdy turunnya RNTH di awal 2023 ini disebabkan oleh beberapa faktor yang memicu sikap wait and see dari pelaku pasar di awal tahun ini.
Pertama, adalah belum adanya petunjuk yang jelas mengenai puncak suku bunga acuan The Fed. Mayoritas pelaku pasar meyakini masih ada 3 kali kenaikan The Fed Rate lagi di semester I/2023.
Dengan demikian, kenaikan suku bunga acuan BI juga diperkirakan masih akan terjadi di semester I/2023. Hal ini cenderung membayangi pergerakan saham-saham sensitif suku bunga seperti bank, otomotif, dan properti.
Faktor kedua menurut Valdy, adalah moderasi harga komoditas batu bara yang cukup signifikan di awal tahun 2023. Hal ini menekan harga saham-saham produsen batu bara yang merupakan salah satu mover utama IHSG pada 2022 lalu.