Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah setelah Data Inflasi Lampaui Prediksi

Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan membuat aksi jual menekan dolar AS.
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan membuat aksi jual menekan dolar AS. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Mata uang dolar di salah satu penukaran uang di Jakarta. Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan membuat aksi jual menekan dolar AS. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Dolar AS tergelincir setelah data inflasi lebih panas dari perkiraan

New York (ANTARA) - Dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lain pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah data menunjukkan inflasi AS untuk Januari datang lebih panas dari yang diperkirakan.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,12 persen menjadi 103,2355 pada akhir perdagangan.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0738 dolar AS dari 1,0715 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris meningkat menjadi 1,2175 dolar AS dari 1,2131 dolar pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 133,05 yen Jepang, lebih tinggi dari 132,46 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9214 franc Swiss dari 0,9203 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3337 dolar Kanada dari 1,3341 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,3572 krona Swedia dari 10,3937 krona Swedia.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (14/2/2023) bahwa indeks harga konsumen AS, ukuran utama inflasi, naik 0,5 persen pada Januari dalam basis bulanan, kenaikan terbesar dalam tiga bulan dan lebih tinggi dari 0,4 persen yang diharapkan oleh para ekonom.

Tingkat inflasi tahunan mencapai 6,4 persen pada Januari, turun sedikit dari 6,5 persen pada Desember dan lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 6,2 persen.

"Untuk sebagian besar kategori, inflasi jelas melewati puncaknya. Tapi seperti yang kita lihat dari laporan hari ini, jalur kembali ke target inflasi Federal Reserve sebesar 2,0 persen akan berombak," Jeffrey Roach, kepala ekonom di LPL Financial Research, mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (14/2/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Hafiyyan
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper