Bisnis.com, JAKARTA - Risiko delisting atau penghapusan pencatatan sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia kembali membayangi investor pasar saham, setelah selama hampir 2 tahun terakhir belum ada lagi emiten yang didepak dari lantai bursa.
BEI mengumumkan potensi delisting pada tiga emiten, yakni PT Inti Agri Resources Tbk. (IIKP), PT Trada Alam Minera Tbk. (TRAM), dan PT SMR Utama Tbk. (SMRU). Beberapa emiten di daftar ini bahkan sudah disuspensi atau dihentikan transaksinya di bursa selama lebih dari 3 tahun.
Selain soal delisting, terdapat pula informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Senin (30/1/2023). Di antaranya adalah:
1. Bayang-bayang Delisting Kembali Hantui Bursa 2023
Bayang-bayang Delisting Kembali Hantui Bursa 2023BEI terakhir kali melakukan delisting pada 2 Maret 2021, yakni terhadap saham PT First Indo American Leasing Tbk. (FINN). Itu menjadi satu-satunya emiten yang didepak sepanjang 2021, sedangkan setahun sebelumnya ada enam emiten yang dihapus dari lantai bursa. Pada 2022, aktivitas delisting absen dari papan pencatatan bursa.
Meski demikian, emiten yang terancam delisting sejatinya masih sangat banyak. Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, BEI telah mengeluarkan pengumuman potensi atau risiko delisting terhadap sekitar 18 emiten pada rentang Desember 2022 hingga 27 Januari 2023.
Kendati demikian, peringatan terhadap risiko delisting tidak lantas berarti delisting atas emiten tersebut bakal segera dieksekusi BEI. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan tertundanya delisting emiten hingga bertahun-tahun.
2. Ramalan Gerak Harga Minyak Mentah & CPO, Mana Paling Bergejolak?
Embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia diproyeksi masih berpengaruh terhadap harga minyak mentah tahun ini. Belum lagi, komoditas energi terlihat meredup di akhir tahun.
Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) memproyeksikan harga minyak acuan akan bergerak di level resistance US$100–US$115 per barel dengan support US$65-US$55 per barel pada kuartal I/2023. Pada awal 2023, harga minyak rebound setelah pada kuartal IV/2022 harga turun 9,71 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.
Tim Riset ICDX mencatatkan setidaknya terdapat 3 poin fokus pasar yang mempengaruhi tren komoditas minyak mentah, salah satunya embargo produk turunan minyak Rusia pada 5 Februari 2023, OPEC yang menargetkan harga minyak tahun ini stabil pada kisaran US$80-US$90 per barel, serta Amerika Serikat yang masih mengalami krisis stok di Cadangan Strategis Negara.
3. Kado Pertumbuhan Ekonomi AS untuk Pasar Saham
Investor pasar saham tengah bersiap melototi hasil portofolionya menjelang pengumuman laporan keuangan sejumlah raksasa teknologi dunia seperti Apple Inc,; Amazon.com Inc. dan Meta Platforms Inc. Mereka berharap besar seiring dengan mendinginnya kondisi perekonomian Amerika Serikat.
S&P 500 mulai terangkat sekitar 2,4 persen sejak musim laporan keuangan pada 2 pekan lalu karena beberapa perusahaan menorehkan kinerha di luar ekspektasi setelah dihantam bear market dan risiko resesi pada tahun ini.
Data itu ditunjukkan oleh Societe Generale, seperti dilaporkan Bisnis.com yang melansir Bloomberg pada Minggu (29/1/2023). Penyedia layanan keuangan asal Prancis tersebut mengungkapkan bahwa anggota S&P 500 berhasil melampaui proyeksi pendapatan per saham dan penjualan dengan rata-rata 1,45 persen dalam laporan sehari, melebihi yang terjadi dalam 6 tahun terakhir.
4. Menghitung Daya Apung dan Rasio Pajak 2023
Perpajakan menjadi salah satu tulang punggung pendapatan nasional Indonesia pada APBN 2023. Pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan pada 2023 mencapai Rp2.021,2 triliun. Dari target tersebut, penerimaan pajak dipatok menyumbang Rp1.718 triliun atau meningkat 16 persen dari target 2022 senilai Rp1.485,0 triliun.
Masalahnya, selain ada pendapatan pajak yang tidak akan berulang, penerimaan pajak 2023 diproyeksi akan mengalami penurunan.
Kondisi tersebut akan membuat rasio pajak atau tax ratio di 2023 lebih rencah dibandingkan tahun 2022. Potensi penurunan penerimaan dari sisi pajak memang sudah diprediksi sebelumnya. Ketidakpastian ekonomi di tingkat global maupun kondisi domestic menjadi salah satu pertimbangan.
5. Prospek Ciamik Kawasan Industri Tetap Tumbuh Positif di 2023
Kawasan industri menjadi sektor yang tahan banting selama pandemi Covid-19. Sejumlah konsultan properti memproyeksikan permintaan lahan industri di Indonesia diprediksi masih akan terus meningkat di tahun kelinci air.
Berdasarkan laporan Colliers Indonesia, lahan di kawasan industri Bekasi yang selama ini difavoritkan pengembang mulai ditinggalkan. Pasalnya permintaan yang tinggi membuat ketersediaan lahan kosong kian terbatas. Pengembang pun disarankan mulai melirik potensi dari daerah lain seperti Sukabumi dan Serang.
Head of Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengatakan saat ini, beberapa kawasan industri populer tidak lagi menyediakan lahan baru karena adanya keterbatasan lahan untuk ekspansi.