Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramai Emiten Produksi Kendaraan Listrik, Simak Kinerjanya

Sejumlah emiten turut unjuk gigi mengembangkan bisnis kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), di antaranya TOBA, SLIS, GOTO, INDY, NFCX, dan WIKA,.
Pengunjung mencoba motor listrik Gesit di Jakarta, Selasa (3/1/2023). Bisnis/Abdurachman
Pengunjung mencoba motor listrik Gesit di Jakarta, Selasa (3/1/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten turut unjuk gigi mengembangkan bisnis kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan produksi sepeda motor listrik mencapai dua juta unit pada 2025.

Langkah untuk menggenjot bisnis kendaraan listrik tidak dijalankan emiten seperti TOBA hingga SLIS dengan tangan hampa. Hal ini setidaknya tecermin dari kinerja pada 2022 dan target kinerja yang dipatok untuk 2023.

Simak rencana kerja emiten-emiten yang bakal memproduksi kendaraan listrik :

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO)

PT Tbs Energi Utama Tbk. (TOBA) berkolaborasi dengan PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) membentuk perusahaan patungan di bidang motor listrik, yakni Electrum. TOBA baru-baru ini mengumumkan akan mengalokasikan lebih dari sepertiga belanja modal atau capital expenditure tahun 2023 untuk proyek motor listrik Electrum.

Berangkat dari latar belakang bisnis yang berbeda, kinerja keuangan TOBA dan GOTO juga sangat kontras. Sampai dengan September 2022, TOBA mencetak pendapatan sebesar US$469,13 juta  atau naik 63,56 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$286,80 juta.

Pendapatan penjualan terbesar diraih dari penjualan batu bara ke luar negeri senilai US$423,49 juta, naik dari tahun sebelumnya US$229,07 juta. Sementara itu, penjualan domestik tercatat seilai US$5,52 juta, naik dari tahun sebelumnya hanya US$773.765

Selain itu, TOBA juga mencetak pendapatan dari penjualan tandan buah segar, inti, dan minyak sawit mentah senilai US$4,48 juta dan pendapatan dari sewa kendaraan listrik senilai US$40.354.

Dari catatan tersebut TOBA masih mampu meraup laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk naik 60,22 persen dari sebesar US$34,17 juta pada sembilan bulan 2021, menjadi sebesar US$54,75 juta pada sembilan bulan 2022. 

Sementara itu, GOTO melaporkan peningkatan pendapatan bersih tahun berjalan sebesar Rp7,9 triliun per September 2022, meningkat 132,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp3,4 triliun.

Kenaikan pendapatan diikuti dengan pertumbuhan total nilai transaksi (GTV) sebesar 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sehingga menjadi Rp161 triliun. Meski demikian, GOTO tetap mencetak rugi bersih sebesar Rp20,9 triliun hingga kuartal III/2022, dengan beban yang juga ikut meningkat menjadi Rp30,72 triliun.

Terlepas dari kinerja yang berbeda, Electrum telah menyuplai lebih dari 500 motor listrik kepada mitra pengemudi Gojek dan Bank Jago yang dapat menjadi mitra pembiayaan di masa depan. Bahkan, ke depannya Electrum menargetkan bisa memasok dua juta unit motor listrik untuk kebutuhan di dalam negeri.

TOBA bersama Grup GoTo telah menyatakan rencana investasi sekitar US$1 miliar selama 5 tahun mendatang untuk mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Selain Electrum, TOBA dan Grup GOTO juga menjalin kerja sama dengan manufaktur motor listrik asal Taiwan, yakni Gogoro.

PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS)

Emiten sepeda listrik, PT Gaya Abadi Sempurna Tbk. (SLIS) memproyeksikan penjualan motor listrik dan laba bersih pada 2023 setidaknya mencapai 20 persen dibandingkan dengan realisasi 2022.

SLIS berfokus pada perakitan kendaraan listrik optimistis penjualan sepeda dan motor listriknya terus bertumbuh tahun ini, dengan proyeksi penjualan senilai Rp470 miliar pada 2022.

Per September 2022, penjualan SLIS mencapai Rp 356,93 miliar, naik 11,13 persen year on year (yoy) dari periode yang sama pada 2021. Penjualan terbanyak yakni komponen elektronik sebesar Rp 203,59 miliar, naik 2,23 persen dari sebelumnya Rp 199,15 miliar, disusul penjualan sepeda listrik sebesar Rp 153,34 miliar, naik 26 persen dari September 2021 yakni Rp 122,02 miliar.

SLIS pun mampu membukukan laba bersih Rp 25,14 miliar per September 2022, naik 26 persen yoy dari sebelumnya Rp 19,98 miliar.

Sejauh ini, SLIS belum berencana melakukan ekspansi pada tahun ini, dan masih berfokus pada pengembangan produk terbaru yakni SWAN, Bromo, Wallet dan Motor Listrik GoPlus.

PT Indika Energy Tbk. (INDY)

Emiten produsen energi, PT Indika Energi Tbk. (INDY) memiliki motor listrik Alva One yang resmi diluncurkan pada ajang GIIAS 2022. Dalam ekspansinya ke sektor kendaraan listrik, INDY juga menargetkan pabrik sepeda motor listrik di bawah naungan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) dengan kapasitas produksi 100.000 unit per tahun rampung pada November 2022.

Sebagaimana perusahaan energi lain yang menikmati kenaikan harga komoditas pada 2022, pendapatan INDY menyentuh US$3,13 miliar per September 2022. Angka itu tumbuh 57,15 persen dibandingkan dengan Januari—September 2021 sebesar US$1,99 miliar.

Seiring dengan kenaikan pendapatan, INDY berhasil membukukan laba bersih sebesa US$386,49 juta. Angka tersebut naik signifikann dari rugi bersih US$8,39 juta pada periode yang sama di 2021.

Adapun PT Electra Mobilitas Indonesia sebagai produsen motor listrik INDY memiliki belanja modal yang cukup tinggi, yakni senilai US$12 juta atau sekitar Rp182,4 miliar (kurs Rp15.200). Perusahaan menargetkan pendapatan dari bisnis motor listrik itu menjadi kontributor terbesar setelah bisnis batu bara.

PT NFC Indonesia Tbk. (NFCX)

PT NFC Indonesia Tbk (NFCX), Grup MCAS menggandeng perusahaan layanan ekspedisi PT SiCepat Express Indonesia (SiCepat) merambah bisnis kendaraan listrik dengan merek Volta melalui perusahaan patungan PT Volta Indonesia.

Di tengah pengembangan bisnis kendaraan listrik, NFCX tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp7,36 triliun per September 2022. Angka itu tumbuh 14,21 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,44 triliun.

Meski demikian, laba bersih NFCX tercatat turun dari Rp164,88 miliar menjadi Rp36,20 miliar. Penurunan laba ini tidak lepas dari turunnya kontribusi penghasilan dari laba investasi dari Rp298,73 miliar menjadi hanya Rp23,31 miliar.

Terlepas dari torehan tersebut, NFCX melalui PT Volta Indonesia optimistis dapat diterima dengan baik oleh pasar, mengingat Volta menawarkan nilai ekonomi yang baik dan ekosistem stasiun pengisian dan penggantian baterai yang lengkap.

Bahkan, baru-baru ini Volta telah mendandatangani perjanjian kerja sama dengan PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring) untuk kerja sama perencanaan, studi, dan pengembangan ekosistem motor listrik di Indonesia.

PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA)

BUMN konstruksi WIKA banting setir menjajal bisnis motor listrik dengan merek Gesits. Gesits merupakan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau WIKA dengan PT Gesits Technologies Indo.

WIKA tercatat membukukan penjualan sebesar Rp12,8 triliun atau naik sebesar 9,8 persen secara tahunan.

Hal ini membuat WIKA menghasilkan laba usaha sebesar Rp865,5 miliar atau meningkat sebesar 29,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sesuai dengan laporan keuangan hingga 30 September 2022.

Sayangnya, kenaikan pendapatan itu tidak diiringi dengan efisiensi dan keberlanjutan penghasilan dari entitas asosiasi, sehingga laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk WIKA berbalik menjadi rugi Rp27,96 miliar per September 2022.

Hal ini berbanding terbalik dengan posisi laba bersih dari laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp104,94 miliar pada edisi yang lama tahun lalu.

Jika hanya mengacu pada aktivitas usaha, laba usaha WIKA berhasil tumbuh 29,7 persen menjadi Rp865,54 miliar per kuartal III/2022. Hal ini sebagai bagian dari kemampuan WIKA melakukan efisiensi jumlah beban usaha yang hanya Rp235,07 miliar dari posisi Rp306,86 miliar.

WIKA juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan dari Rp10,67 triliun menjadi Rp11,69 triliun pada 9 bulan tahun ini, tetapi laba kotornya tetap naik menjadi Rp1,1 triliun dari Rp974,43 miliar.

WIKA berbalik rugi sebagai akibat dari kenaikan sejumlah pos terutama dari pos pendapatan dan beban lain-lain. Selain itu, WIKA juga mencatatkan penurunan laba dari entitas asosiasi.

Terlepas dari kinerjanya, Kementerian BUMN berencana untuk menambah suntikan modal untuk pabrik motor listrik Gesits yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat untuk mempercepat pembentukan ekosistem kendaraan listrik di dalam negeri. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan peningkatan kapasitas produksi pabrikan Gesits yang diharapkan dapat berdampak signifikan pada upaya percepatan ekosistem kendaraan listrik nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper