Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bergerak turun pada perdagangan Sabtu (28/1/2023), seiring dengen penguatan dolar AS di tengah rilis data AS yang lebih baik dari ekspektasi analis.
Mengutip data Bloomberg, Sabot (28/1/2023), harga emas Spot terpantau turun 1,17 poin atau 0,06 persen ke US$1.928,04 per troy ons. Selain itu, harga emas spot turun 1,10 poin atau 0,06 persen ke US$1.945,60 per troy ons.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan harga emas sebelumnya sempat naik ke US$1.929 karena rilis data PDB AS yang lebih baik dari perkiraan analis ke 2,9 persen tidak berbahaya untuk pergerakan emas.
“Karena ini menunjukkan kenaikan suku bunga AS yang agresif tahun lalu tidak terlalu merusak perekonomian AS, dan mungkin akan mendorong The Fed untuk memperlambat laju pengetatan moneternya pada tahun ini,” ungkapnya dalam riset, dikutip Sabtu (28/1/2023).
Faisyal menegaskan bahwa kenaikan suku bunga The Fed yang lebih lambat dapat membebani dolar AS dan membantu emas menguat.
Keputusan suku bunga The Fed selanjutnya akan diumumkan pada 2 Februari 2023, dengan ekonom memperkirakan Bank Sentral AS itu akan menaikkan suku bunga lebih kecil di 25 basis poin pada awal siklus kenaikan suku bunga tahun ini.
Baca Juga
Harga emas kemudian melanjutkan pergerakan di zona merah karena rilis data ekonomi AS pada Jumat (27/1/2023) pukul 22.00 WIB, menunjukkan bahwa data Pending Home Sales berada di 2,5 persen, lebih tinggi dari ekspektasi di 1 persen. Selain itu, data Revised UoM Consumer Sentiment berada di 64.9, lebih tinggi dari ekspektasi di 64,6.
Hal ini mendorong indeks dolar AS menguat 0,08 persen ke 101,92. Dengan demikian, MIFX memperkirakan harga emas masih mungkin dibeli untuk menguji resistance di US$1.943.
“Namun, jika turun ke bawah level US$1.919, berpeluang dijual menguji support US$1.910 per troy ons,” ujar Faisyal.