Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melambung Lagi, Pengaruh Kuat Xi Jinping

Fluktuasi harga minyak terjadi ketika analis JPMorgan Chase & Co. menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak China.
Presiden China Xi Jinping/ Bloomberg.
Presiden China Xi Jinping/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah rebound pada akhir perdagangan Kamis (19/1/2023) waktu setempat karena investor bertaruh terhadap kembalinya permintaan dari China.

Mengutip Bloomberg, Jumat (20/1/2023), harga West Texas Intermediate menyelesaikan sesi perdagangan yang volatil dengan naik 1,1 persen menjadi US$80,33 per barel. Harga WTI sempat jatuh sebanyak 1,7 persen pada awal perdagangan dan kemudian naik 2,1 persen dibandingkan penutupan Rabu.

Fluktuasi terjadi ketika analis JPMorgan Chase & Co. menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak China. Mereka mengatakan konsumsi berada di jalur kenaikan ke rekor 16 juta barel per hari. Namun, kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang berkepanjangan di AS terus menakuti Wall Street, sehingga mendorong beberapa pedagang menghindari aset berisiko.

“Gambaran makro menciptakan banyak gesekan pada reli minyak mentah, dan akan sulit bagi komoditas untuk terus unggul dalam waktu dekat sampai kita melihat bukti nyata bahwa permintaan China sedang meningkat atau hambatan makro mereda," kata Rebecca Babin, seorang pedagang energi senior CIBC Private Wealth Management.

Mayoritas investor mengapresiasi persediaan minyak di pusat penyimpanan Cushing, kenaikan terbesar sejak April 2020, yang merupakan konsekuensi berkepanjangan dari cuaca dingin yang menutup kilang bulan lalu.

Minyak mentah telah mengalami awal yang tidak stabil untuk tahun ini, anjlok 10 persen dalam dua sesi pertama. Harga minyak kemudian pulih karena pembukaan kembali China mendominasi narasi perdagangan.

Adapun prospek permintaan tetap menjadi faktor ayunan pasar, dengan ekonomi industri mencari soft landing karena suku bunga naik dan China mencabut pembatasan Covid.

“Pembukaan kembali berlangsung lebih cepat dari yang kami perkirakan semula. Ini membuka kemungkinan bahwa China siap untuk pemulihan ekonomi yang kuat yang akan meningkat pada bulan Februari, setelah akhir liburan Tahun Baru Imlek,” tulis analis JPMorgan, termasuk Natasha Kaneva, dalam sebuah catatan kepada klien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper