Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah membidik generasi milenial dan Gen Z untuk tingkatkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di tahun 2023 seiring dengan tren pertumbuhan pada segmen pasar ini.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengatakan penjualan SBN ritel pada tahun ini akan lebih difokuskan pada investor – investor potensial. Selain itu, pemerintah juga akan terus meningkatkan penetrasi pada pasar generasi milenial dan generasi Z.
“Minat generasi milenial dan generasi Z terhadap instrumen SBN ritel sejauh ini mulai bertumbuh,” jelasnya saat dihubungi pekan ini.
Deni mengatakan penjualan SBN ritel sepanjang tahun 2022 menjaring investor sebanyak 186.028 Single Investor Identification (SID). Dari jumlah tersebut, sebanyak 131.194 investor diantaranya merupakan investor baru SBN Ritel.
Sementara itu, jumlah serapan dari obligasi ritel pada tahun 2022 telah mencapai Rp107,38 triliun. Angka tersebut berada di atas target pemerintah yang mematok Rp100 triliun.
Salah satu upaya yang akan dilakukan pemerintah untuk mencapai target investor pada tahun ini adalah semakin memperluas cakupan mitra distribusi (midis) sebagai pihak yang membantu penjualan SBN Ritel.
Baca Juga
Deni memaparkan sejak tahun 2020, pemerintah menambahkan Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) atau yang dikenal sebagai e-commerce sebagai salah satu mitra distribusi untuk SBN Ritel.
Deni melanjutkan prospek investasi SBN ritel di tahun 2023 masih memiliki peluang cukup besar di tengah dinamika perekonomian global. SBN Ritel hadir sebagai alternatif produk investasi yang aman karena dijamin negara, terjangkau, dan menguntungkan serta memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama berpartisipasi dalam pembiayaan APBN.
Selain itu, kupon yang diterima setiap bulan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keuangannya secara terencana, seperti kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan, cicilan, liburan, dan sebagainya.
“Jika dibandingkan dengan produk keuangan sejenis misalnya deposito, SBN ritel masih lebih dilirik masyarakat karena memiliki tingkat pajak yang lebih rendah atau 10 persen sehingga imbal hasilnya menjadi semakin menarik,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Inarno Djajadi menjelaskan pertumbuhan jumlah investor ritel sebesar hampir 10 kali lipat dibandingkan 5 tahun terakhir.
Ia mengatakan jumlah investor pasar modal setiap tahunnya bertambah lebih dari 2,5 juta SID sejak tahun 2020. Hingga 28 Desember 2022 jumlah investor pasar modal telah menembus 10,3 juta SID. Pertumbuhan jumlah investor saat ini masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 58,74 persen dengan jumlah aset Rp80,97 triliun.