Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed Dovish , Rupiah Dibuka Menguat ke Rp15.555

Rupiah dibuka menguat ke Rp15.555 per dolar AS pada perdagangan Rabu (14/12/2022).
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah dibuka menguat tajam pada perdagangan Rabu (14/12/2022) seiring dengan penguatan indeks dolar AS. Inflasi AS yang turun tajam menguatkan ekspektasi The Fed (bank sentral AS) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, membuat rupiah perkasa.

Mengutip data Bloomberg pukul 09.10 WIB, rupiah dibuka menguat 101,5 poin atau 0,65 persen ke Rp15.555 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,04 persen ke 104,01.

Bersama dengan rupiah, dolar Taiwan menguat 0,22 persen, won Korea Selatan menguat 0,47 persen, peso Filipina menguat 0,42 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,62 persen.

Sementara, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.640 - Rp15.710 pada perdagangan hari ini.

Ibrahim menjelaskan jika di tingkat global, perekonomian diperkirakan akan menghadapi penurunan untuk dua kuartal pertama di tahun mendatang. Namun, ada sisi positif dari kondisi ini, karena resesi diperkirakan akan lebih landai untuk hampir di setiap level perekonomian jika dibandingkan dengan resesi sebelumnya yang tercatat dalam sejarah.

"Meskipun ada indikasi yang jelas bahwa resesi akan terjadi, namun perekonomian di Indonesia, diperkirakan akan tetap kuat di tengah-tengah prospek yang kurang baik. Hal ini salah satunya didukung oleh tetap kuatnya produksi manufaktur dan konsumsi domestik yang tetap stabil," katanya dalam riset harian, Selasa (13/12/2022).

Perekonomian negara-negara maju mengalami penurunan produksi manufaktur, sementara perekonomian negara-negara berkembang yaitu Indonesia,menunjukkan situasi yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

Sementara itu, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2023 sebesar 3,6 persen.

Walaupun kini pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,72 persen secara tahunan (YoY) pada kuartal ketiga 2022, tetapi ke depannya dengan situasi global dan juga ancaman terjadinya resesi, Indonesia diprediksi akan mengalami penurunan pada kinerja perekonomian nasional.

"Akan tetapi situasi ini akan perlahan membaik dengan proyeksi bertambahnya permintaan masyarakat Indonesia terhadap hasil produksi manufakturing dalam negeri," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper