Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti Pulihnya Penjualan Properti kala Suku Bunga Meninggi

Suku bunga masih dalam tren kenaikan hingga akhir tahun ini. Namun, sektor properti yang melandai tahun ini diperkirakan bisa kembali tumbuh tahun depan.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga masih dalam tren kenaikan hingga akhir tahun ini. Namun, sektor properti yang melandai tahun ini diperkirakan bisa kembali tumbuh tahun depan.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan sektor properti menjadi salah satu sektor yang menarik untuk dialiri investasi tahun depan karena ada kemungkinan mulai pulih.

“Saya pikir untuk beberapa sektor [properti] tertentu masih menarik walaupun tren suku bunga mungkin akan meningkat. Karena di beberapa cycle sebelumnya ketika suku bunga naik, pertumbuhan kredit masih meningkat,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Minggu (27/11/2022).

Menurutnya, pertumbuhan kredit masih bisa naik karena antisipasi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi. “Jadi akhir tahun ini dan awal tahun depan masih cukup bagus perkembangannya, karena sekarang baru akhir tahun depan semester II/2023 baru ada dampaknya, dan kalaupun naik juga tidak akan terlalu banyak dari sisi ratenya,” jelasnya.

Adapun, daya beli masyarakat masih cukup baik terlihat dari inflasi Indonesia yang di bawah ekspektasi dari kisaran 7 persen sekarang masih bertahan di sekitar 6 persen akhir tahun ini. Sedangkan tahun depan inflasi kembali normal ke 3-4 persen lagi.

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa sektor properti merupakan salah satu sektor yang menarik dan bisa dicermati tahun depan.

“Properti positif side-nya sebagian ada di segmen kelas atas untuk harga di atas Rp2 miliar masih sangat potensial. Tapi untuk yang kelas menengah di kisaran harga Rp750 juta-Rp1,5 miliar akan terpengaruh sedikit kalau daya beli masyarakatnya dari kenaikan UMP tidak bisa mengcover kenaikan cicilan dan inflasi yang ada saat ini,” ungkapnya.

Adapun, Josua mengungkap dari beberapa emiten yang masih ada portofolio high end segment masih bisa tumbuh positif karena pasar high end umumnya tidak terpengaruh langsung dari kenaikan suku bunga, kenaikan inflasi, dan sebagainya.

“Challenge-nya adalah kenaikan suku bunga khususnya KPR bisa mempengaruhi permintaan end user. Tapi kita lihat ada kebijakan BI untuk relaksasi LTV, dibuka kemungkinan bahwa ada DP berpotensi 0 persen sektor properti termasuk bisa kembali bertumbuh,” paparnya. 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper