Bisnis.com, JAKARTA – Emiten minyak dan gas Grup Bakrie PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) mencatatkan pertumbuhan produksi yang melimpah pada kuartal III/2022. Hal ini dinilai positif oleh analis yang akan mendorong top line dan bottom line ENRG ke depan.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan mengatakan tingkat cadangan migas yang dimiliki ENRG saat ini yang relatif melimpah, serta mengalami penambahan cadangan dibandingkan periode sebelumnya.
Saat ini, ENRG memiliki migas 2P sebanyak 145 MMBOE atau naik 10,6 persen dari kuartal II/2022 (qoq) dan migas 2C sebanyak 95 MMBOE atau naik 26 persen secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq). Tambahan cadangan ini berasal dari Blok B untuk cadangan 2P dan 2C.
“Berdasarkan estimasi kami, peningkatan cadangan ini mampu memperpanjang aktivitas produksi migas ENRG hingga 17 tahun dari yang sebelumnya hanya berada di angka 15 tahun,” jelas Farras dalam riset, Senin (21/11/2022).
Reserve-to-production rate ENRG juga terbilang baik apabila dibandingkan dengan emiten serupa di upstream migas seperti Saka Energi yang hanya berada di 5-6 tahun dan Medco (MEDC) di angka 8-9 tahun.
"Kami optimistis dan meyakini bahwa cadangan yang melimpah ini mampu menjadi katalis positif bagi ENRG untuk mempertahankan laju pertumbuhan produksinya di level 5-10 persen per tahun selama 5 tahun ke depan yang akan berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan laba bersih ENRG,” jelasnya.
Baca Juga
ENRG juga mampu untuk meningkatkan produksi minyak di sembilan bulan 2022 menjadi 5,2 MMBOEPD atau 14 persen dari periode yang sama tahun lalu (yoy) dan gas 204 MMSCFD atau naik 18 persen yoy.
“Kami memperkirakan ENRG akan mampu membukukan penjualan gas sebesar 233.3 MMBOEPD atau naik 10 persen yoy dan penjualan minyak bumi sebesar 5,8 MMBOEPD atau naik 10 yoy pada 2023, peningkatan ini didukung oleh kontrak jangka panjang yang diteken oleh ENRG,” paparnya.
ENRG juga diperkirakan dapat menaikan ASP dari gas, dari yang awalnya US$6,36 per mmbtu pada 2022 menjadi US$6,49 per mmbtu pada 2023.
Selain itu, dalam sembilan bulan pertama 2022, cash cost ENRG tercatat sebesar US$9,4 per BOE, jauh lebih rendah dari rata-rata cash cost perseroan selama empat tahun terakhir mencapai US$12 per BOE maupun proyeksi 2023 Samuel Sekuritas Indonesia di US$11 per BOE.
“Kami optimistis bahwa penurunan ini mengindikasikan bahwa ENRG semakin efektif dan efisien dalam menjalankan operasional produksi minyak bumi dan gasnya dan berdampak positif bagi margin keuntungan perseroan, baik GPM, OPM, maupun NPM,” ungkap Farras.
Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi Beli untuk saham ENRG dengan target harga di Rp410, merefleksikan 3,5 kali EV/EBITDA dengan proyeksi laba bersih 2023 sebesar US$541 juta. Adapun, risiko yang dihadapi di antaranya turunnya ASP dan volume produksi ENRG.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.