Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen benih komoditas pangan sekaligus agrochemical PT BISI International Tbk. (BISI) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 50,78 persen hingga kuartal III/2022.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, dikutip Jumat (21/10/2022), laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BISI naik menjadi Rp340,77 miliar dari Rp225,99 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan laba bersih ini tidak lepas dari naiknya penjualan sebesar 23,76 persen secara tahunan, dari Rp1,48 triliun per September 2021 menjadi Rp1,83 triliun per September 2022.
Penjualan benih jagung kepada pihak ketiga menjadi kontributor terbesar dengan nilai mencapai Rp729,83 miliar, naik dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp569,78 miliar. Penjualan pestisida dan pupuk ke pihak ketiga menyusul dengan nilai Rp676,76 miliar, turun dibandingkan dengan Januari-September 2021 yang mencapai Rp733,90 miliar.
Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan tercatat naik dari Rp837,02 miliar menjadi Rp1,03 triliun. Begitu pula dengan beban penjualan yang naik menjadi Rp278,48 miliar dari sebelumnya Rp229,50 miliar.
Meski demikian, BISI tetap mampu membukukan kenaikan laba usaha sebesar 48,59 persen yoy menjadi Rp401,53 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp270,21 miliar.
Baca Juga
Sampai 30 September 2022, jumlah total aset BISI berada di angka Rp3,32 triliun, naik dibandingkan posisi 31 Desember 2021 sebesar Rp3,13 triliun. Sementara itu, liabilitas BISI naik menjadi Rp456,38 miliar dari sebelumnya Rp404,15 miliar.
Adapun ekuitas BISI mencapai Rp2,86 triliun sampai akhir kuartal III/2022, dari sebelumnya Rp2,72 triliun pada akhir 2021.
BISI tercatat menyiapkan capex sebesar Rp84 miliar pada 2022. Nilai tersebut berpotensi meningkat karena perusahaan akan melakukan ekspansi pabrik agrokimia.
“Untuk rencana penambahan kapasitas, dari capex Rp82 miliar kami akan ajukan tambahan untuk penambahan kapasitas produksi agrochemical terutama pestisida di pabrik kami di Mojokerto. Kami juga berencana ekspansi pabrik ke Makassar,” kata Direktur Utama BISI International Agus Saputra Wijaya pada Mei lalu.
Agus mengatakan bisnis perbenihan dan agrokimia sempat menghadapi tantangan pada 2021, imbas dari pembatasan mobilitas. Pembatasan yang diterapkan selama pandemi Covid-19 cenderung menurunkan permintaan produk hortikultura sehingga minat menanam petani turut turun.
Kendala lain yang dihadapi BISI adalah naiknya harga bahan baku kimia, terutama herbisida mencapai 300 persen pada 2021, padahal 99 persen bahan baku untuk lini bisnis agrokimia BISI didatangkan dari China.
Meski demikian, dia optimistis kinerja pada 2022 bisa lebih baik, seiring dengan kondisi sektor pertanian yang memperlihatkan sinyal positif. Hal ini tecermin dari musim yang mendukung proses penanaman pada semester I/2022.