Bisnis.com, JAKARTA - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menilai pergerakan harga CPO yang kembali naik pada akhir tahun ini masih berada dalam batas yang wajar.
Berdasarkan data Bursa Malaysia pada Kamis (20/10/2022), harga CPO dengan kontrak teraktif menguat 38 poin ke level 4.156 ringgit per ton.
Communication & Investor Relations Astra Agro Lestari Fenny Sofyan memaparkan harga CPO yang terlalu tinggi sebenarnya tidak sepenuhnya akan berimbas positif. Hal tersebut karena kenaikan harga bahan baku akan turut diiringi dengan biaya produksi yang meningkat.
Menurutnya, kondisi saat ini merupakan situasi yang wajar walaupun harga CPO tidak setinggi periode Maret lalu.
"Kondisi tersebut mengingat perkembangan harga komoditas pasar internasional yang juga fluktuatif akibat beragam faktor," katanya saat dihubungi, Kamis (20/10/2022).
Fenny melanjutkan, kebijakan pemerintah terkait pajak dan pungutan ekspor sudah mendukung agar ekspor kembali meningkat. Di sisi lain, saat ini pasokan minyak nabati lain juga sedang melimpah. Situasi ini menyebabkan harga ikut menurun.
Baca Juga
Ia menuturkan, AALI belum memiliki proyeksi pasti terkait harga CPO sepanjang tahun depan. Meski demikian, salah satu variabel yang akan mempengaruhi pergerakan harga ke depannya adalah potensi resesi ekonomi.
"Kami masih menganalisis dampaknya terhadap industri sawit maupun pada perseroan," pungkasnya.
Sebelumnya, Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengatakan jika harga CPO yang tembus angka 4.000 merupakan sentiment positif dari kondisi saat ini, dimana dollar terkoreksi, wall street rebound, dan juga meningkatnya harga minyak mentah dunia.
“Harga minyak memperpajang kenaikan menyusul kabar OPEC+ sedang mempertimbangkan pengurangan batas produksi. CPO sebagai biodiesel terdorong naik juga,” kata Wahyu.