Bisnis.com, JAKARTA — Emiten sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memperkirakan produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bisa meningkat di sisa tahun ini, sejalan dengan tren pada tahun-tahun sebelumnya. Namun risiko cuaca masih akan berpengaruh pada realisasi sepanjang 2022.
Selama Januari—Juni 2022, volume produksi CPO AALI mencapai 638.000 ton. Angka ini lebih rendah 15,8 persen dibandingkan dengan produksi selama semester I/2021 yang menyentuh 758.000 ton.
“Kalau melihat tren, awal semester kedua biasanya meningkat,” kata Communicator and Investor Relations AALI Fenny Sofyan ketika dihubungi, Senin (10/10/2022).
Jika melihat tren produksi bulanan CPO Astra Agro Lestari dalam dua tahun terakhir, volume produksi mencapai level tertinggi pada Juni yakni masing-masing sebesar 116.000 ton pada Juni 2020 dan 144.000 ton pada Juni 2021. Produksi pada Juli kemudian turun menjadi 96.000 ton pada 2020 dan 126.000 ton pada 2021 dan mulai kembali naik pada Agustus dan September.
“Sawit adalah tanaman yang terpengaruh sekali dengan cuaca, semoga tren ini berjalan seperti tahun-tahun sebelumnya,” tambahnya.
Adapun untuk proyeksi produksi pada 2023, Fenny mengatakan Astra Agro Lestari belum memiliki angka perkiraan. Perseroan berencana mengumumkannya pada awal tahun depan.
Baca Juga
Sebagaimana diwartakan Bisnis sebelumnya, Direktur Astra Agro Lestari Mario Casimirus Surung Gultom mengatakan salah satu faktor yang akan memengaruhi kinerja AALI pada semester II/2022 adalah regulasi yang diberlakukan pemerintah terkait minyak sawit. Dia mengatakan beberapa perubahan kebijakan membuat AALI kesulitan menetapkan target.
“Untuk semester II/2022 dengan adanya peraturan yang tidak stabil, kami cukup susah menetapkan target,” ujarnya awal Agustus.
Dia mengatakan fluktuasi harga CPO juga akan memengaruhi kinerja perusahaan. Seiring dengan hal tersebut, perusahaan menetapkan target yang sesuai dengan sensitivitas pergerakan harga CPO.
Dari sisi operasional, Mario mengatakan rata-rata tangki produksi pabrik sudah hampir penuh. Oleh karena itu, AALI akan mempercepat penjualan produksi yang masih tersimpan agar tidak terjadi kelebihan.
“Strategi kami segera mengurangi persediaan stok kita untuk dijual, supaya operasional kami tetap normal,” kata Mario.
Adapun pada penutupan perdagangan sesi pertama pada Senin (10/10/2022), saham AALI turun 0,90 persen ke harga Rp8.225 per saham. Pergerakan AALI sejalan dengan sejumlah emiten sawit lainnya seperti DSNG, STAA, dan TAPG yang masing-masing turun 1,39 persen, 1,32 persen, dan 0,75 persen.