Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada Capital Outflow, IHSG Masih dalam Posisi Bearish

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah akibat capital outflow bila inflasi tidak terjaga.
Karywan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karywan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah akibat capital outflow bila inflasi tidak terjaga.

Analis Kanaka Hits Solvera Raditya Permana mengatakan bahwa IHSG masih dalam posisi bearish saat ini. Pasalnya, The Fed dan Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara bersamaan.

Menurut proyeksnya, Bank Indonesia pun masih berpotensi kembali menaikkan suku bunga sekitar 25-50bps apabila laju peningkatan inflasi tidak bisa dibendung di akhir tahun ini.

“Apabila hal ini terjadi, tentunya menjadi katalis negatif bagi pasar saham kita karena berpotensi menimbulkan capital outflow. Sebab mayoritas investor prefer memilih deposito sebagai instrumen investasinya di keadaan saat ini,” katanya Senin, (26/9/2022).

Oleh sebab itu, Raditya menyatakan IHSG pada minggu ini diproyeksikan akan kembali mengalami pelemahan. Menurutnya support kuat IHSG saat ini berada pada level 7128-7134, apabila level tersebut terpenuhi, maka IHSG akan mengalami pelemahan minimal ke level 7016-7021.

Sementara itu, ketika inflasi mengalami peningkatan mayoritas masyarakat pasti akan fokus bagaimana cara memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu. “Oleh karena itu, menurut kami consumer non cyclicals memiliki potensi peningkatan” imbuhnya.

Radutya merekomendasikan saham UNVR dengan target Rp6.500 serta MYOR Rp2.200.

Sementara itu, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang mengatakan, kekhawatiran investor bahwa AS akan masuk kedalam lembah resesi akibat agresivitas The Fed menaikkan suku bunga, mengakibatkan tekanan jual di Wall Street tetap berlanjut dihari keempat.

"Walaupun setelah pengumuman kenaikan FFR dan Wall Street terjadi beberapa hari sebelumnya, dimana Indeks DJIA kembali terjungkal dihari Jumat sebesar 1,62 persen," ungkap Edwin dalam riset, Senin (23/9/2022).

Apa lagi, selain kenaikan suku bunga pekan lalu, The Fed juga merencanakan kenaikan kembali menaikkan FFR sekitar 125 bps (1,25 persen) di dua pertemuan The Fed hingga akhir tahun 2022, dan berlanjut menaikkan FFR hingga 4,6 persen pada 2023.

"Jika faktor terjungkalnya Indeks DJIA dikombinasikan dengan kembali turunnya harga beberapa komoditas seperti batu bara turun 2,48 persen, emas turun 1,75 persen, minyak turun 4,86 persen, nikel turun 4,06 persen, CPO turun 2,31 persen, dan kembali naiknya yield obligasi AS tenor 2 tahun yang sudah berada dilevel 4,203 persen di tengah pelemahan rupiah menuju dilevel 15.100, berpotensi menjadi sentimen negatif pendorong IHSG berlanjut turun dalam perdagangan Senin ini," imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper