Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah mengawali pekan ini, Senin (19/9/2022) dengan penguatan menyusul pemerintah China yang membuka lockdown dua minggu di kota Chengdu. Hal ini berpotensi meningkatkan prospek permintaan minyak global.
Mengutip Bloomberg, Senin (19/9/2022), harga West Texas Intermediate naik menuju US$86 per barel di awal perdagangan Asia setelah membukukan kerugian mingguan ketiga pada Jumat (16/9/2022).
Seperti diketahui, Chengdu adalah kota terbesar yang ditutup sejak lockdown dua bulan di Shanghai awal tahun ini. Ibu kota provinsi Sichuan ini akan melanjutkan sebagian besar aspek kehidupan normal mulai Senin.
Investor juga bersiap untuk keputusan bank sentral dari AS hingga Eropa dan Asia pada minggu ini dalam upaya menahan serangan global terhadap inflasi yang merajalela. Kekhawatiran atas perlambatan telah melemahkan permintaan energi dan menempatkan minyak mentah di jalur penurunan kuartalan pertama dalam lebih dari dua tahun.
“Penyebab terbesar perubahan harga minyak berasal dari penyesuaian ekspektasi permintaan. Pelonggaran penguncian di China pasti akan dilakukan dengan lebih kuat. Ada elemen tertentu dari permintaan yang terpendam, yang akan menjelaskan reaksi spontan,” kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. Singapura.
Harga energi yang tinggi mengancam berpotensi menarik Eropa ke dalam jurang resesi yang menyakitkan, dengan pemerintah di kawasan itu mengambil langkah-langkah untuk menopang pasokan energi.
Baca Juga
Jerman pada akhir pekan lalu merebut unit lokal perusahaan minyak utama Rusia Rosneft PJSC saat Berlin bergerak untuk mengambil kendali besar-besaran atas industri energinya dan memutuskan ketergantungan pada Moskow untuk bahan bakar selama beberapa dekade.
Kesenjangan (spread) antara harga minyak mentah berjangka Brent yang cepat dan kontrak bulan kedua, tetap dalam pola kemunduran bullish. Spread berada di US$1,38 per barel, dibandingkan dengan US$1,07 pada minggu lalu.
Sementara itu, operasi pemuatan dan ekspor di terminal minyak Basrah Irak kembali ke tingkat normal setelah tim teknis selesai menangani insiden tumpahan, menurut Basra Oil Co. yang dikelola negara selama akhir pekan. Insiden pada Kamis sebelumnya telah memaksa penghentian ekspor dari fasilitas tersebut.