Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah, Makin Dekat ke Rp15.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,17 persen atau 26 poin ke Rp14.980,5 per dolar AS
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022/Bank Indonesia
Pecahan uang kertas baru Tahun Emisi 2022/Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada awal perdagangan Senin (19/9/2022) ditekan penguatan indeks dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,17 persen atau 26 poin ke Rp14.980,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,02 persen ke 109,78.

Bersama dengan rupiah, yen Jepang melemah 0,17 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, dolar Taiwan melemah 0,10 persen, dan rupee India melemah 0,05 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memperkirakan untuk perdagangan hari ini mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.930 - Rp14.970.

Ibrahim mengatakan dari sisi eksternal baik Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan tentang potensi perlambatan ekonomi global yang akan datang, dengan Indermit Gill, Kepala Ekonom Bank Dunia, mengatakan dia khawatir tentang "stagflasi umum," periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi.

"Kekhawatiran resesi global tumbuh dengan banyak bank sentral secara agresif memperketat kebijakan moneter untuk memerangi inflasi pada tingkat rekor," jelas Ibrahim dalam riset, Jumat (16/9/2022).

Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan 75 basis poin pekan depan, dan Bank of England terlihat kemungkinan akan menaikkan suku bunganya untuk pertemuan ketujuh berturut-turut. Penilaian ekonomi yang suram ini telah membebani mata uang yang dianggap lebih berisiko, dengan dolar AS sebagai penerima manfaat utama.

Di sisi lain, klaim pengangguran AS turun untuk pekan kelima berturut-turut, menurut data Departemen Tenaga Kerja pada Kamis yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang sehat mampu mendorong pengeluaran Amerika bahkan ketika Federal Reserve mencoba untuk mengekangnya dengan kenaikan suku bunga.

Dari sisi internal, pasca-naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi, ekonom merasa pesimis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2022 lebih tinggi dari kuartal kedua 2022 sebesar 5,44 persen. Hal ini terlihat dari berbagai data seperti sektor manufaktur dan perdagangan yang semakin pulih dibarengi dengan inflasi yang melonjak.

"Artinya, aktivitas ekonomi masyarakat sudah lebih baik paska Covid-19, namun dengan kenaikan harga-harga akibat naiknya harga BBM Bersubsidi maka konsumsi masyarakat kembali stagnan," paparnya.

Dari kenaikan harga BBM Bersubsidi, pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2022 kemungkinan tidak sesuai dengan perkirakan pemerintah di 5,5 persen bahkan diperkirakan hanya di 5,1 persen sampai 5,4 persen.

Kendati begitu, masih terdapat ketidakpastian yang terus diwaspadai pemerintah karena berbagai perubahan terjadi bukan hanya dari bulan ke bulan, tetapi seringkali bahkan dari hari ke hari. Sebagai contoh, dalam satu minggu terakhir harga minyak dunia sudah turun di bawah US$100 per barel, tepatnya sekitar US$85 per hari ini.

Maka demikian, di tengah ketidakpastian yang ada, perekonomian domestik akan tumbuh cenderung ke batas atas rentang 5,1 persen sampai 5,4 persen pada keseluruhan tahun ini. Adapun, proyeksi tersebut seiring dengan belanja subsidi dan kompensasi energi pemerintah sebesar Rp500 triliun pada tahun ini untuk menjaga daya beli masyarakat dan memastikan pemulihan ekonomi, khususnya konsumsi agar tetap bisa berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper