Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Borong Aset Berisiko, Wall Street Melesat

Ketiga indeks bursa saham AS ditutup menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Jumat (9/9/2022).
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg
Seorang pelaku pasar tengah memantau pergerakan harga saham di bursa New York Stock Exchange (NYSE), New York, Amerika Serikat./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melonjak pada akhir perdagangan Jumat (9/9/2022) menyusul pulihnya minat investor terhadap aset berisiko.

Dolar AS merosot setelah lonjakan yang tampaknya tak terbendung yang mengguncang mata uang global dan memicu kekhawatiran akan lebih banyak hambatan bagi perusahaan AS.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 1,19 persen, sedangkan indeks S&P 500 naik 1,53 persen dan Nasdaq Composite melonjak 2,11 persen.

Indeks &P 500 melampaui pergerakan rata-rata 100 hari, sekaligus menghentikan penurunan beruntun tiga pekan berturut-turut. Perusahaan teknologi yang tidak menguntungkan, saham meme, dan Bitcoin menguat.

Investor berseberangan dengan pernyataan The Fed yang hawkish dan kekhawatiran resesi setelah tekanan yang mendorong pasar saham ke level nyaris oversold. Citigroup Inc. mengatakan suasana sangat pesimistis sehingga mengindikasikan rebound sedang terjadi jika tidak ada begitu banyak risiko di depan.

Indeks Levkovich yang menjadi pengukur sentimen turun ke minus 16 pekan ini, sedikit menjauh dari level -17 yang mendefinisikan kepanikan. Indikator bull-and-bear Bank of America Corp. turun ke level bearish maksimum. Level ini sering dipandang sebagai sinyal beli yang berlawanan.

Art Hogan, kepala analis pasar B. Riley, mengatakan tarik menarik antara sentimen bullish dan bearish di pasar bermuara pada kemampuan The Fed untuk menekan inflasi tanpa menekan pertumbuhan ekonomi.

“(Pergerakan ini juga tergantung pada) seberapa banyak pengetatan kebijakan moneter telah diperhitungkan secara efektif,” tulis Hogan seperti dikutip Bloomberg, dikutip Sabtu (10/9/2022).

Pelaku pasar hampir sepenuhnya memperkirakan kenaikan besar suku bunga acuan pada bulan September, menyusul dua kenaikan 75 basis poin pada Juli. Presiden the Fed Bank of St. Louis James Bullard mengatakan dia condong "lebih kuat" ke arah kenaikan sebesar itu.

Sementara itu, Presiden The Fed Bank of Kansas City Esther George mencatat bahwa para pejabat memiliki alasan jelas untuk terus menghapus dukungan moneter. Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan dia mendukung kenaikan suku bunga "signifikan lainnya".

David Donabedian dari CIBC Private Wealth US mengatakan pemulihan pasar pekan ini telah menunjukkan ketahanan ekonomi yang berkelanjutan. Tetapi dia juga menunjukkan bahwa pasar bullish yang berkelanjutan akan bergantung pada tiga faktor yang berlaku.

Faktor-faktor tersebut antara lain keyakinan bahwa Fed akan segera menyelesaikan pengetatan, tren penurunan inflasi yang meyakinkan, dan ekspektasi pendapatan perusahaan yang lebih realistis.

"Terlepas dari gagasan bahwa The Fed akan menekan perekonomian, kami belum melihat tanda-tanda itu.  Kita belum mencapai dasar pasar bearish. Memang, perjalanan ke pasar bullish berikutnya akan memakan waktu, dan akan ditandai dengan serangkaian kemunduran dan pemulihan,” ungkap Donabedian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper