Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan investasi infrastruktur batu bara, PT Astrindo Nusantara Infrastuktur Tbk. (BIPI) mendapat banyak penawaran kerja sama seiring dengan kenaikan harga batu bara.
Direktur Utama Astrindo Nusantara Infrastuktur Ray Anthony Gerungan mengatakan, permintaan batu bara semakin meningkat sejak konflik geopolitik Rusia-Ukraina memanas, karena Eropa mengandalkan Indonesia dan Australia sebagai produsen batu bara.
“Kami sudah dapat banyak telepon dari klien potensial yang menanyakan kontrak batu bara, mereka dari Eropa, Amerika, tidak hanya Asia,” dalam acara Media Gathering, Kamis (11/8/2022).
Pamor BIPI kian menguat setelah melakukan akuisisi dengan PTT Mining Ltd Hong Kong yang mencakup 5 konsesi tambang batu bara, yaitu di Brunei Darussalam, Madagaskar, serta 3 lokasi di Kalimantan.
PTT Mining Ltd Hong Kong merupakan anak usaha dari BUMN asal Thailand, PTT Public Company Ltd.
PTT Mining Ltd Hong Kong diperkirakan akan berkontribusi sebesar 80 persen dari keseluruhan pendapatan BIPI nantinya.
Baca Juga
Per 2021, PTT Mining Ltd Hong Kong mencatatkan kinerja ciamik dengan pendapatan senilai US$511 juta, naik 47,6 persen dari US$346 juta tahun sebelumnya.
Sementara itu, Direktur Astrindo Nusantara Infrastuktur Michael Wong optimistis dapat meningkatkan target produksi batu bara lebih dari 6 juta ton tahun ini.
“Kami sangat yakin bisa maintain 6 juta ton, dan diusahakan untuk naik mumpung harga lagi bagus,” pungkasnya.
Saat ini, BIPI fokus mengoptimalisasi proyek tambang Jembayan di Kalimantan Timur karena kualitas batu bara serta kapasitas produksinya yang relatif stabil.
Sebagai informasi, harga batu bara kontrak September di pasar ICE Newcastle pada Kamis (11/8/2022) berada di posisi US$361 per ton.
Pada awal Maret 2022, harga batu bara sempat melambung 86,7 persen menjadi US$437 per ton dari harga sebelumnya di kisaran US$234 per ton