Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan infrastruktur batu bara, PT Astrindo Nusantara Infrastuktur Tbk. (BIPI) berencana memulai operasional proyek tambang Jembayan, Kalimantan Timur lebih awal.
Direktur Astrindo Nusantara Infrastuktur Michael Wong mengatakan proyek akuisisi PTT Mining Ltd Hong Kong di Jembayan, Kalimantan Timur tersebut rencananya akan mulai beroperasi pada November tahun ini.
“Kami ingin kalau bisa [proyeknya] mulai lebih awal lagi,” ujarnya dalam acara Media Gathering, Kamis (11/8/2022).
Akuisisi BIPI dengan PTT Mining Ltd Hong Kong senilai US$471 juta tersebut mencakup konsesi batu bara di 5 lokasi, antaralain di Madagaskar dan Brunei Darussalam, serta 3 lokasi di wilayah Kalimantan, yaitu di Jembayan, Sebuku, dan Penajam.
Khusus untuk wilayah konsesi batu bara di Kalimantan tersebut, total sumber daya batu baranya mencapai 1.429 juta ton.
Michael menambahkan, rencana akuisisi ini telah dilakukan sejak September 2021, namun proses tender yang cukup panjang hingga 3 tahap akhirnya baru bisa direalisasikan pada 2022.
Baca Juga
Lebih lanjut, Jembayan sebagai lokasi pertambangan batu bara dinilai cukup potensial karena kualitas kalori batu bara yang berkisar antara 5.200 kkal per kilogram hingga 5.400 kkal per kilogram.
“Kami tertarik karena produksi batu bara Jembayan cukup stabil, rata-rata 6 juta ton per tahun,” imbuh Michael.
Selain itu, Jembayan juga sudah teken kontrak dengan klien penambang batu bara lainnya dengan infrastruktur yang lengkap, sehingga BIPI tinggal melanjutkan.
BIPI optimistis dapat menjaga stabilitas produksi batu bara, bahkan bisa lebih meningkat ke depannya.
Sebagai informasi, proyek akuisisi PTT Mining Ltd Hong Kong ini merupakan game changer bagi BIPI, karena akan menyumbang 80 persen dari keseluruhan pendapatan perseroan.
Seiring dengan prospek BIPI yang semakin cerah, sahamnya terpantau masih dalam tren kenaikan.
Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis, (11/8/2022), saham BIPI naik 4,32 persen ke posisi Rp193.
Sepanjang hari, saham dengan kapitalisasi pasar Rp9,86 triliun tersebut bergerak di kisaran Rp185 hingga Rp197. Secara year-to-date (ytd), saham BIPI moncer 286 persen dari posisi harga Rp50 per saham.