Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Kerek Ekspor, Harga Minyak Menyusut

Harga minyak turun setelah meningkatnya prospek ekspor minyak Iran seiring kemajuan yang dicapai dalam pembicaraan nuklir negara tersebut.
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg
Anjungan minyak di Teluk Meksiko, AS/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melemah pada akhir perdagangan Rabu (10/8/2022) pagi waktu Jakarta setelah meningkatnya prospek ekspor minyak Iran seiring kemajuan yang dicapai dalam pembicaraan nuklir negara tersebut di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi yang melambat.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September, menyusut US$0,26 atau 0,29 persen, menjadi menetap di US$90,50 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober tergelincir US$0,34 atau 0,35 persen, menjadi ditutup pada US$96,31 per barel di London ICE Futures Exchange. Selama sesi, kedua kontrak acuan bergerak naik dan turun lebih dari satu dolar AS per barel, dikutip dari Xinhua.

Uni Eropa pada Senin (8/8/2022) mengajukan teks akhir dari rancangan keputusan tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015, sambil menunggu keputusan politik dari peserta pembicaraan Wina.

"Beberapa pedagang berbicara tentang pembicaraan nuklir Iran dan mengulurkan harapan untuk kesepakatan," kata Phil Flynn, Analis Pasar Senior di The PRICE Futures Group.

Analis Commonwealth Bank Vivek Dhar mengatakan Iran dapat meningkatkan ekspor minyaknya sebesar satu juta hingga 1,5 juta barel per hari dalam enam bulan dan kebangkitan kembali perjanjian nuklir 2015 kemungkinan akan membuat harga minyak turun tajam mengingat ekspektasi rendah dari kesepakatan di pasar.

Harga minyak mendapat dukungan setelah Ukraina menghentikan aliran minyak di pipa minyak Druzhba ke beberapa bagian Eropa tengah karena sanksi Barat telah mencegah pembayaran dari Moskow untuk biaya transit.

Aliran di sepanjang rute selatan pipa Druzhba telah terpengaruh sementara rute utara yang melayani Polandia dan Jerman tidak terganggu.

Sementara itu, total stok minyak mentah komersial AS kemungkinan naik 600.000 barel pekan lalu, sementara stok bensin dan sulingan AS masing-masing turun 1,2 juta barel dan 900.000 barel pada periode yang sama, menurut survei analis terbaru oleh S&P Global Commodity Insights.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper