Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 45 emiten antre rights issue pada semester II/2022. Hal ini dinilai sebagai upaya emiten dapatkan dana ekspansi dengan biaya lebih rendah.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan emiten yang melaksanakan rights issue kebanyakan bakal menggunakan dananya untuk ekspansi, pembiayaan, hingga restrukturisasi keuangan.
Namun, banyaknya emiten yang memilih rights issue tersebut lanjutnya, tidak terlepas dari potensi berakhirnya rezim suku bunga rendah pada semester II/2022 ini.
"Emiten mengantisipasi kemungkinan era suku bunga yang lebih tinggi pada semester II/2022. Dengan begitu, rights issue dilakukan dalam rangka mencari pendanaan yang bersifat cost of fund lebih rendah," paparnya kepada Bisnis, Rabu (3/8/2022).
Pilihan rights issue ini dalam rangka mengantisipasi tantangan global yang berasal dari eskalasi konflik Ukraina-Rusia dan masuk ke wilayah Asia di Taiwan.
Selain itu, era suku bunga tinggi juga secara global sudah mulai bergulir, dimulai dari The Fed yang sudah menaikan suku bungga hingga 175 basis poin. Selanjutnya, bank central beberapa negara seperti Bank of England, European Central Bank, hingga Bank of Korea juga sudah melakukan kenaikan suku bunga.
Baca Juga
"Kenaikan suku bunga ini dalam rangka mengatasi kenaikan inflasi begitu tinggi dan persisten. Ini tantangan, di Indonesia juga terjadi peningkatan inflasi karena faktor imported inflation, karena gangguan rantai pasok komoditas yang terjadi," terangnya.
Dengan begitu, cepat atau lambat, Bank Indonesia juga bakal turut mengerek suku bunganya guna mempertahankan Indonesia dari inflasi yang terlalu tinggi serta tekanan suku bunga global.
Kendati demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh lebih progresif dibandingkan dengan negara lain menjadi katalis positif. Dengan begitu, pengumpulan dana melalui pasar modal menjadi cukup diminati dan optimistis terserap pasar.
"Memang pelaku investor secara umum mengapresiasi kebijakan emiten pelaksanaan rights issue, dijalankan ekspansi bisnis dan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berjalan semakin progresif," jelasnya.
Lebih lanjut, di antara emiten-emiten yang bakal melaksanakan rights issue sejumlah sektor potensial seperti keuangan dan konstruksi.
"Rating sektoral overweight dari Mirae yakni sektor finance maupun konstruksi masih dikatakan mendapatkan rating positif. Emiten-emiten big caps menarik, kalau rights issuepositif harga saham terjadi apresiasi walaupun temporer, otomatis saya pikir ini permintaan positif dari pelaku pasar," tambahnya.
Di antara emiten-emiten yang melakukan rights issue terdapat BBTN, ADHI, WSKT, dan SMGR yang masuk rekomendasi Mirae.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan terdapat 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue hingga 1 Agustus 2022. Total dana yang berpotensi diperoleh melalui right issue mencapai Rp36,9 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia mengemukakan emiten-emiten dalam pipeline rights issue berasal dari sejumlah sektor yang mencakup enam perusahaan dari sektor basic materials, lima perusahaan dari sektor consumer cyclicals, dua perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, tiga perusahaan dari sektor energy.
Selain itu, terdapat pula 17 perusahaan dari sektor financials, masing-masing satu perusahaan dari sektor healthcare dan teknologi, lalu terdapat masing-masing 2 perusahaan dari sektor industrials dan sektor properti dan real estates.