Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Apple Diprediksi Melambat, Efek Krisis Ekonomi

Tidak seperti tahun lalu, pertumbuhan pendapatan Apple pada periode kuartal per akhir Juni 2022 diproyeksi hanya single digit.
Ilustrasi iPad Air (2022) generasi kelima yang rilis tahun ini. Pertumbuhan kinerja Apple per pelaporan kuartalan akhir Juni 2022 diproyeksi melambat. - Dok.Apple
Ilustrasi iPad Air (2022) generasi kelima yang rilis tahun ini. Pertumbuhan kinerja Apple per pelaporan kuartalan akhir Juni 2022 diproyeksi melambat. - Dok.Apple

Bisnis.com, JAKARTA - Hingga separuh tahun 2022 lewat, raksasa teknologi Apple Inc. cenderung membukukan kinerja lebih baik ketimbang kompetitor. Namun, dampak krisis ekonomi global terhadap produsen iPhone dan Mac tersebut diprediksi hanya tinggal menunggu waktu.

Apple dijadwalkan akan merilis kinerja kuartalan ketiga per akhir Juni 2022, pekan depan. Dan, menurut konsensus analis Bloomberg, pertumbuhan pendapatan kuartalan perusahaan rintisan Bill Gates tersebut cuma diprediksi pada kisaran 2 persen.

Angka pertumbuhan tersebut terbilang rendah untuk perusahaan sekelas Apple. Sebagai pembanding, pada periode kuartalan yang sama tahun lalu, Apple mampu membukukan pertumbuhan top line hingga 36 persen.

Estimasi analis berada pada kisaran US$82,7 miliar. Hampir separuh dari total pendapatan ini diperkirakan datang dari penjualan iPhone sementara segmen layanan perangkat lunak Apple diprediksi berkontribusi sekitar US$20 miliar.

"Semakin berhati-hatinya pengeluaran konsumer terutama di AS, dan kondisi pembukaan ekonomi di China akan menjadi dua faktor terbesar yang menentukan kinerja Apple," ujar analis Morgan Stanley Katy Huberty dalam risetnya, dikutip Minggu (24/7).

Pada konferensi pers perilisan kinerja, Apple juga diekspektasikan bakal mengumumkan kebijakan penurunan perekrutan tenaga kerja. Langkah yang akan mengikuti jejak raksasa teknologi lain seperti Google dan Meta.

Apple bukannya tidak punya senjata. Meski diumumkan pada periode kuartal ketiga tahun buku yang berakhir Juni, perusahaan baru  benar-benar menjual lini produk Macbook terbarunya pada Juni ini.

Jika produk tersebut laku di pasaran, Apple berpotensi mendapat katalis pendongkrak pada kuartal berikutnya.

Namun, analis belum sepenuhnya yakin dengan potensi tersebut. Ini mengingat Apple mematok selisih harga yang terlampau besar dibandingkan varian Macbook terakhir (M1) yang rilis sejak 2020 lalu.

Kekhawatiran ini kemudian membuat Morgan Stanley dan Wells Fargo kompak memangkas target harga untuk saham Apple hingga US$10 lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Meskipun, dengan banderol yang sudah terdiskon, mereka tetap mempertahankan pandangan buy.

Hingga akhir perdagangan pekan lalu, saham Apple yang memiliki ticker AAPL ditransaksikan seharga US$154,09 per saham. Mahar ini merefleksikan penurunan 15 persen lebih secara tahun berjalan alias year-to-date (ytd).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper