Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti tahun ini masih cukup menantang, namun Metland (MTLA) dan Intiland (DILD) optimistis bisa mencapai target prapenjualan atau marketing sales yang telah ditetapkan di awal tahun.
Direktur PT Intiland Development Tbk. (DILD) Archied Noto Pradono mengatakan, tahun Intiland memasang target prapenjualan mencapai Rp2,4 triliun. Adapun, sampai dengan semester I/2022 baru tercapai 33 persen atau Rp803 miliar.
“Sektor dominan masih dari residensial dan belum naik itu dari segmen high rise. Kita pasang target agak naik karena kita lihat dari sektor high rise diharapkan tahun ini akan comeback ternyata belum, tapi kelihatannya masih jauh lebih baik, trennya positif,” kata Archied usai paparan publik, dikutip Kamis (21/7/2022).
Menurut Archied, tahun ini masih cukup menantang untuk industri properti, melihat tahun lalu masih ada insentif PPN, sedangkan sekarang dengungnya sudah agak berkurang.
“Jadi ada penurunan sedikit, tapi sampai akhir tahun kita akan coba tetap di angka tersebut, misalkan bunga ada kenaikan, kita bisa justified,” ungkapnya.
Kenaikan suku bunga yang diperkirakan antara 0,5-1 persen tahun ini, kata Archied, nantinya akan berpengaruh pada kinerja perusahaan. Tapi, dari segi penjualan diharapkan akan bisa tetap terserap.
Baca Juga
“Biasanya kita subsidi di KPR-nya untuk menghindari lonjakan suku bunga, nantinya kalau perbankan harus menaikkan tapi daya serap pasar belum bisa diterima dalam waktu tertentu,” imbuhnya.
Emiten properti lainnya seperti PT Metropolitan Land Tbk. (MTLA) juga mengungkapkan belum berencana unuk mengubah target marketing sales meskipun pasar properti masih lesu.
Direktur MTLA Olivia Surodjo mengatakan, dari sisi ekonomi makro perkiraan kenaikan suku bunga tidak akan drastis, langsung melesat hingga dua digit, sehingga harapannya masih dapat diterima oleh konsumen.
"Market kami sebagian besar adalah karyawan, end user atau first home buyer yang menggunakan fasilitas KPR ini. Jika mengambil tenor panjang 15 hingga 20 tahun tidak akan terlalu berdampak signifikan pada kenaikan cicilan setiap bulannya," terangnya kepada Bisnis, Selasa (19/7/2022).
Menurut Olivia, tipikal konsumen pada segmen pasar tersebut, sepanjang cicilan masih dapat diakomodir dengan penghasilan bulanan, masih dapat diterima.
Tahun 2022 Metland menargetkan marketing sales yang terdiri dari presales dan recurring revenue sebesar Rp1,8 triliun, pada semester I ini sudah mencapai Rp704 miliar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu masih di bawah sekitar 8 persen.
"Tantangan selanjutnya adalah pemberlakuan PPN 11 persen, berkurangnya stimulus PPN DTP ditambah dengan kondisi makroekonomi saat ini seperti kenaikan inflasi, kenaikan bahan bahar dan bahan baku setidaknya mempengaruhi daya beli masyarakat," ujarnya.
Namun, sejauh ini MTLA masih menggunakan target yang ditetapkan dari awal untuk 2022 dan tidak ada revisi.